Emile Durkheim. Agama

Table of Contents
Emile Durkheim tentang Agama
Emile Durkheim
Di dalam karyanya yang terbaru, fakta-fakta sosial nonmaterial menduduki posisi yang lebih sentral. Nyatanya, pada akhirnya dia memusatkan perhatiannya pada bentuk fakta sosial nonmaterial yang mungkin paling akhir, yakni agama, di dalam karya utamanya yang terakhir, The Elementary of Religious Life (1912/1965). Durkheim memeriksa masyarakat primitif untuk menemukan akar-akar agama. Dia percaya bahwa dia akan mampu menemukan akar-akar itu dengan lebih baik di dalam kesederhanaan relatif masyarakat primitif daripada dalam kompleksitas dunia modern. 

Hal yang dia temukan, menurutnya ialah sumber agama adalah masyarakat itu sendiri. Masyarakatlah yang menetapkan hal-hal tertentu bersifat agamis dan hal-hal lain bersifat profan. Secara spesifik, menurut kasus yang dia pelajari, klan adalah sumber jenis agama primitif, totemisme, yang mendewakan benda-benda semisal tumbuhan dan hewan. Sebaliknya, totemisme dilihat sebagai suatu tipe spesifik fakta sosial nonmaterial, suatu bentuk nurani kolektif. Pada akhirnya, Durkheim berargumen bahwa masyarakat dan agama (atau secara lebih umum, nurani kolektif) adalah hal yang satu dan sama. Agama adalah cara masyarakat mengungkapkan dirinya di dalam bentuk fakta sosial nonmaterial. Maka dari itu, dalam arti tertentu Durkheim akhirnya mendewakan masyarakat dan produk-produk utamanya.

Jelaslah, dalam pendewaan masyarakat, Durkheim mengambil pendirian yang sangat konservatif: pendirian yang tidak ingin menjungkirkan seorang dewa atau sumber masyarakatnya. Karena menyamakan masyarakat dengan Tuhan, Durkheim tidak condong untuk mendesak dilakukannya revolusi sosial. Sebagai gantinya, dia adalah seorang pembaru sosial yang sedang mencari cara-cara memperbaiki kinerja masyarakat. Dengan cara tersebut dan cara lain, Durkheim jelaslah selaras dengan sosiologi konservatif Prancis. Fakta bahwa dia menghindari banyak ekses, membantu membuat dia sebagai figur yang paling penting di dalam sosiologi Prancis.

Buku-buku dan karya-karya penting lainnya, membantu menciptakan suatu ranah khas bagi sosiologi di dunia akademik di Prancis pada pergantian abad, dan mereka memberi posisi terkemuka kepada Durkheim di dalam bidang yang sedang bertumbuh itu. Pada 1898, Durkheim mendirikan jurnal ilmiah yang dibaktikan untuk sosiologi, L'annee Sociologique (Besnard, 1983). Jurnal itu menjadi daya yang kuat dalam perkembangan dan penyebaran ide-ide sosiologis. Durkheim bermaksud membantu pertumbuhan sosiologi, dan dia menggunakan jurnalnya sebagai titik api untuk pengembangan sekelompok siswa. Kemudian mereka akan memperluas idenya dan membawanya ke banyak tempat terjadinya peristiwa lainnya dan ke dalam studi aspek-aspek lain dunia sosial (contohnya, sosiologi hukum dan sosiologi kota) (Besnard, 1983:1). Pada 1910, Durkheim telah membangun suatu pusat sosiologi yang kuat di Prancis, dan pelembagaan akademik sosiologi sedang berjalan dengan baik di bangsa itu (Heilbron, 1995).


Ket. klik warna biru untuk link

Download di Sini

Sumber:
Ritzer, George. Teori Sosiologi. 2012. Pustaka Pelajar. Yogyakarta


Lihat Juga
The Elementary Forms of Religious Life Emile Durkheim (Youtube Channel. https://youtu.be/bZS38_m5VQg ) Jangan lupa like, komen, share, dan subscribe yah...

Baca Juga
1. Emile Durkheim. Biografi
2. Emile Durkheim. Teori Agama--Yang Sakral dan Yang Profan
3. Emile Durkheim. Tipe-Tipe Fakta Sosial Non-Material
4. Emile Durkheim. Masyarakat Normal dan Patologis
5. Emile Durkheim. Suicide
6. Emile Durkheim. Fakta-Fakta Sosial Material dan Non-Material 
7. Emile Durkheim. Sekilas Pemikiran
8. Emile Durkheim. Fakta-Fakta Sosial
9. Emile Durkheim. The Division of Labor in Society
10. Tokoh-Tokoh yang Mempengaruhi Perkembangan Ilmu Sosiologi
11. Emile Durkheim. Hukum Represif dan Restitutif
12. Emile Durkheim. Solidaritas Mekanis dan Organis
13. Pokok Bahasan Sosiologi
14. Emile Durkheim. Anomie Theory (Teori Anomi)
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment