Georg W.F. Hegel (1770-1831 M)

Table of Contents
Nama lengkap Hegel adalah Georg Wilhelm Friedrich Hegel. Ia lahir di Jerman pada 27 Agustus 1770 dan meninggal pada 14 November 1831 M. Di masa kecilnya, ia sering membaca literatur, surat kabar, esai filsafat, dan tulisan-tulisan tentang berbagai topik lainnya. Masa kanak-kanaknya yang rajin membaca mungkin disebabkan oleh ibunya yang luar biasa progresif dan aktif mengasuh perkembangan intelektual anak-anaknya.
Riwayat Hidup dan Pemikiran Georg W.F. Hegel
Georg W.F. Hegel
Keluarga Hegel adalah sebuah keluarga kelas menengah yang mapan di Stuttgart. Ayahnya adalah seorang pegawai negeri dalam administrasi pemerintahan di Wurttemberg. Hegel adalah seorang anak yang sakit-sakitan dan hampir meninggal dunia karena cacar sebelum mencapai usia enam tahun, tetapi akhirnya sembuh dan sehat. Hubungannya dengan kakak perempuannya, Christiane, sangat erat, dan tetap akrab sepanjang hidupnya.

Hegel memiliki pengaruh yang sangat luas terhadap para penulis dari berbagai kalangan, termasuk para pengagumnya seperti F.H. Bradley, Sartre, Hans Kung, Bruno Bauer, Karl Marx. Tetapi tidak sedikit pula yang menentangnya, di antaranya Kierkegaard, Scopenhaurer, Nietzsche, Heidegger, Schelling. Hegel dapat dikatakan sebagai orang yang pertama kali memperkenalkan gagasan mengenai sejarah dalam filsafat, dan hal yang konkret penting adalah untuk bisa keluar dari lingkaran philosophia perennis, yakni masalah-masalah abadi dalam filsafat. Ia juga menekankan pentingnya Yang Lain (others) dalam proses pencapaian kesadaran diri (dialektika).

Hegel muda hidup di zaman revolusi Prancis. Seperti kebanyakan anak muda di Jerman, ia mengikuti pencerahan dan berbagai peristiwa di Prancis dengan penuh perhatian dan hati-hati. Tepat tahun 1807, Hegel menuntaskan buku pertamanya di saat Napoleon berkuasa dengan segala kejayaannya, yakni buku The Phenomenology of Spirit. Peperangan tak sedikit bisa dirasakan di era ini. Terutama di kota Jena, tempat Hegel mengajar. Hingga dia mengomentari dan merangkum situasi ketika Napoleon berkuasa saat itu.

Secara filosofis, Hegel memberi sumbangsih besar melebihi Kant. Ia telah memperkaya suatu dimensi filsafat baru bagi usaha-usaha pengembangan ilmu filsafat, yakni tentang sejarahnya. Hingga kini ide tentang filsafat sejarah semua filsuf belakangan boleh dikatakan berkiblat kepadanya. Buku yang paling membuatnya dikenal adalah buku pertamanya tersebut. Buku itu berisi tentang perjalanan panjang yang membawa kita dari konsepsi yang paling dasar hingga yang paling rumit mengenai ketidaksadaran manusia. Tujuan buku ini adalah untuk mencapai kebenaran absolut. Lebih dari itu, perhatian buku Phenomenology adalah mengenai hakikat ruh atau geist. Dan barangkali inilah yang dimaksudkan sebagai kebenaran absolut itu.

Secara umum, bagian pertama buku itu menjelaskan persoalan-persoalan pengetahuan yang begitu menghantui filsafat modern dari Descartes hingga Kant. Hegel dalam banyak hal bersikukuh bahwa pengetahuan itu berkembang. Seperti Aristoteles, Hegel mengambil biologi dan organik sebagai paradigmanya ketimbang fisika dan matematika. Kesadaran baginya tidak bersifat nir-waktu. Kesadaran menemukan diri bergerak di antara satu bentuk kesadaran ke bentuk lainnya. Kesadaran dan pengetahuan bersifat dinamis. Mereka merupakan suatu dialektika. Mereka tumbuh lewat konfrontasi dan konflik (antitesis), bukan lewat pengamatan saja (tesis-antitesis dan sintesis).

Karya pertama Hegel tersebut sebetulnya dimaksudkan sebagai pengantar bagi ilmu filsafat yang lebih global. Selanjutnya, Hegel mengantarkan kepada pencinta kebenaran dengan memberi semacam bimbingan ke arah filsafat melalui karya selanjutnya yang ia sebut System of Logic, suatu sistem hubungan-hubungan dan deduksi-deduksi dasar filosofis seperti ada, menjadi, dan tiada. Dalam banyak hal System of Logic-nya Hegel mendukung makna akal sehat terhadap pengetahuan sebagai dialektika.

Belakangan, setelah Hegel menjadi filsuf sekaligus profesor di Berlin University yang paling terkenal di Jerman. Hegel memperluas dan menyempurnakan konsepsinya tentang sistem ini dalam kuliah-kuliahnya. Ia mengembangkan filsafat alam, filsafat ruh, psikologi, antropologi, hingga politik dan agama.

Singkat kisah, Hegel meninggal akibat wabah penyakit kolera pada tahun 1831. Meski Hegel sudah mati dan tidak bergerak jasad fisiknya, pikiran-pikirannya terus hidup, bergerak dan menyebar ke seluruh dunia hingga saat ini. Murid dan pengagumnya yang mula-mula meneruskan jejak pemikirannya adalah Ludwig Andreas Feuerbach dan Karl Marx.

Hingga kini minat mengkaji pemikiran brilian Hegel belum redup, malah mungkin semakin menjadi-jadi. Hal itu ditandai dengan banyaknya pemikir kritis yang lahir terinspirasi dari pemikirannya. Karl Marx misalnya, dikala dia menulis Das Kapital, kalangan para pemikir Jerman dengan seenaknya memperlakukan Hegel seperti anjing mati. Seketika itu Karl Marx mengaku menjadi murid setia pemikir agung itu.

Tidak hanya itu, pikiran Hegel seolah membius dan menghipnotis siapa pun. Karya yang paling digemari dan menimbulkan diskusi yang sangat menarik adalah Phenomenologi of Mind. Alexander Kojeve membahasnya dalam bukunya Introduction a la Lecture de Hegel.

Lalu, soal filsafat sejarah. Topik ini tak kalah menarik dibanding karya Hegel lainnya. Karya ini dianggap sebagai jantung dan pusat filsafat Hegel. Buku ini merupakan karya yang sangat berpengaruh selama bertahun-tahun. Lebih dari itu, seluruh filsafat Hegel dipahami secara historis.

Menurut Karl Lowith, seluruh sistemnya—sebagaimana secara fundamental diuraikan dengan panjang lebar—dikaitkan dengan sejarah, seolah-olah di hadapannya tidak ada filsafat yang lain. Semua pengertiannya yang paling mendasar, seperti ruh dunia, rasio dan kebebasan memperoleh makna dan arti pentingnya di dalam konteks sejarah.

Dewasa ini perhatian terhadap filsafat sejarah semakin meningkat, tentu saja dalam arti luas. Toynbee, Ibnu Khaldun, Rustow, dan pemikir sejarah lainnya memberi kesaksian atas semakin luasnya perhatian ini yang tampak di mana-mana. Lebih dari itu semua, visi misi filsafat Hegel memang berbeda dibanding karya pemikir lainnya, apalagi banyak orang yang terpesona karena cara berfilsafat Hegel.

Bayangkan saja, seolah sejarah dipandang sebagai gerakan kebebasan yang menembus batas dunia. Gerakan ini bisa saja dimaknai sebagai sesuatu yang diinginkan oleh ruh dunia. Hegel selain bicara ruh, ia kadang kala juga berbicara tentang hakikat manusia, ekonomi, sosial, agama, dan politik.

Secara khusus, kuliah Hegel tentang Sejarah Filsafat diakui di Jerman sebagai pengantar populer bagi sistemnya; bentuknya tidak begitu ketat dibandingkan dengan risalat metafisikanya dan berbagai ilustrasi yang mewarnai karyanya tersebut. Dibandingkan dengan kebanyakan penulis Jerman kala itu, gayanya dapat dikatakan berani dan tajam.


Ket. klik warna biru untuk link

Download di Sini 


Sumber.
Maksum, Ali. 2016. Pengantar Filsafat; dari Masa Klasik hingga Postmodern. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.


Baca Juga
Sekilas Pemikiran G.W.F. Hegel (1770-1833 M)
Marx, Hegel, dan Feuerbach
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment