Henri Bergson. Duree dan Kebebasan

Table of Contents
Duree dan Kebebasan Henri Bergson
Henri Bergson
Dalam bukunya yang pertama, Esei tentang data yang langsung disajikan kepada kesadaran, Bergson membicarakan masalah kebebasan yang menyangkut baik filsafat maupun psikologi. Seluruh uraiannya pada dasarnya tidak lain daripada kritik tajam atas determinisme, terutama dalam bentuk asosiasionisme yang berperan begitu penting dalam psikologi pada waktu itu. Dengan determinisme dimaksudkan pandangan yang menganggap manusia seluruhnya ditentukan (dideterminasi) oleh faktor-faktor tertentu, sehingga tidak ada tempat untuk kebebasan. Asosiasionisme melihat asosiasi sebagai prinsip utama yang menguasai hidup psikis kita : suatu keadaan kesadaran (state of consciousness) menurut hukum-hukum asosiasi akan menimbulkan keadaan kesadaran lain tanpa peran kebebasan di dalamnya. Apa yang dipikirkan manusia, misalnya, dengan cara demikian dianggap seluruhnya dideterminasi.

Seperti sudah tersirat dalam judul bukunya, Bergson bertolak dari pengalaman langsung, dari pengalamanku sebagai aku. Dalam hal ini penemuannya yang terbesar adalah apa yang disebutnya durre (Inggris:duration), suatu kata yang tidak mudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Sebagai terjemahan yang kiranya paling baik mendekati maksud Bergson dapat diusulkan lamanya. Menurut Bergson kita harus membedakan dua macam waktu. Biasanya pengertian kita tentang waktu dikuasai oleh pengertian tentang ruang. Waktu dimengerti berdasarkan ruang. Kalau begitu, waktu diumpamakan sebagai semacam garis tak terbatas yang terdiri atas titik-titik dan semua titik tersebut terletak yang satu di luar yang lain. Waktu dalam konsep tersebut dianggap kuantitatif. Dengan demikian, waktu dapat diukur dan dibagi-bagi. Itulah waktu yang dipelajari oleh ilmu pengetahuan. Itulah waktu menurut aspek objek-fisis. Bergson menyebutnya temp (kata Prancis yang biasa untuk waktu). Tetapi waktu dalam arti lebih fundamental adalah duree, lamanya, yaitu waktu yang kita alami secara langsung. Itulah waktu menurut aspek subjektif-psikologis.

Duree sama sekali tidak bersifat kuantitatif, tetapi pada hakikatnya merupakan kontinuitas, senantiasa mengalir terus secara tak terbagi. Nah, kesadaran itu sendiri adalah duree dan oleh karenanya tidak mungkin dilukiskan secara kuantitatif. Tidak mungkin memisahkan satu keadaan kesadaran dari keadaan-keadaan kesadaran lainnya. Semua kesulitan dalam psikologi dan filsafat manusia berasal dari hal ini bahwa yang kualitatif diartikan berdasarkan yang kuantitatif, bahwa lamanya ditafsirkan berdasarkan ruang atau keluasan. Kejadian-kejadian dalam kesadaran diperlakukan sebagai peristiwa-peristiwa fisis dan hidup psikis diterangkan secara mekanistis. Motif-motif misalnya dianggap sebagai penyebab-penyebab yang menentukan suatu pilihan. Itulah kritik pokok Bergson atas determinisme pada umumnya dan asosianisme pada khususnya.

Jika kita mengakui duree sebagai hakikat kesadaran, kita memiliki kunci juga untuk mencapai kebebasan. Kebebasan tidak dapat dibuktikan, tidak merupakan buah hasil analisa. Kebebasan hanya dapat dialami. Karena kesadaran adalah gerak, perkembangan, peralihan terus-menerus, sebab kesadaran bersifat dinamis dan kreatif, maka secara langsung saya mengalami kebebasan saya. Tentu saja, itu sekali-kali tidak berarti bahwa setiap perbuatan manusia adalah bebas. Kata Bergson, Kita adalah bebas, jika perbuatan-perbuatan kita memancar dari  kepribadian kita seluruhnya, jika perbuatan-perbuatan kita mengungkapkan kepribadian kita, jika antara perbuatan-perbuatan dan kepribadian kita terdapat kemiripan yang sukar ditentukan itu, kemiripan yang kadang kala terdapat juga antara seniman dan karyanya. Kalau spontanitas tersebut tidak ada, perbuatan kita juga tidak bebas tetapi akan berasal dari salah satu otomatisme atau mekanisme. Kebanyakan perbuatan manusia memang tidak bebas. Dalam hal inilah determinisme mengandung unsur kebenaran.


Ket. klik warna biru untuk link

Download di Sini


Sumber :

K Bertens, Filsafat Barat Kontemporer, 2001. Gramedia. Jakarta

Baca Juga
1. Henri Bergson. Biografi dan Karya
2. Henri Bergson. Moral dan Agama
3. Henri Bergson. Materi dan Ingatan
4. Henri Bergson. Evolusi Kreatif
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment