Ibn Khaldun. Perempatan utara bumi lebih banyak peradabannya dibanding perempatan selatan

Table of Contents
Perempatan utara bumi lebih banyak peradabannya dibanding perempatan selatan Ibn Khaldun
Ibn Khaldun
Melalui pengamatan dan tradisi yang berkesinambungan, kita tahu bahwa yang pertama dan yang kedua dari daerah-daerah yang dimakmurkan (diolah dan dibangun manusia) mempunyai peradaban yang lebih sedikit dibandingkan daerah lainnya. Daerah yang dimakmurkan yang terdapat di daerah yang  pertama dan yang kedua, bercampur baur dengan areal tandus dan kosong­ lengang,  padang-pasir, serta di sebelah timurnya  terdapat  Lautan India. Bangsa-bangsa dan penduduk-penduduk daerah iklim yang pertama dan yang kedua ini tidak seberapa banyak jumlahnya. Demikian  pula kota besar dan kota kecilnya .

Sedangkan daerah iklim yang ketiga dan yang keempat, serta daerah-daerah sesudahnya, sama sekali berbeda dengan daerah­daerah iklim yang pertama dan kedua. Di sini sedikit sekali terdapat daerah kosong-lengang. Padang pasir juga sedikit bahkan mung­ kin tak ada sama sekali. Bangsa dan penduduknya  lebih dari banyak. Sedangkan kota-kota besar dan kota-kota kecilnya lebih dari batas dikatakan banyak. Peradaban di sana berjenjang anak tangga sejak dari daerah iklim yang ketiga hingga keenam. Selatan kosong semua. Banyak  filosof  menyebutkan, hal  itu  disebabkan  oleh panas yang kelewat batas serta oleh sedikitnya deviasi (kecondongan) matahari dari zenith di selatan. Marilah kita jelaskan dan kita buktikan   kesimpulan   ini,  sehingga  bisa  terungkapkan  mengapa peradaban di daerah-daerah iklim ketiga dan keempat tumbuh dan berkembang meninggi, dan juga, di sebelah utara, daerah-daerah iklim kelima dan ketujuh.

Kami katakan : jika  kutub cakrawala selatan dan utara berada di horison, maka di sana terbentuk lingkaran besar yang membagi cakrawala menjadi dua bagian . Lingkaran ini adalah yang paling besar yang melintas dari timur ke barat, dan disebut garis ekuinok  (equinoctial line. Ing). Di dalam astronomi, di tempat khusus, diterangkan bahwa  falak yang paling tinggi (bola bumi) bergerak dari timur ke barat dalam gerak harian (daily motion. Ing). Dengannya,  falak-falak  lain yang ada dalam lingkungannya dipaksa bergerak juga. Gerakan tersebut dapat diamati oleh  indera. la juga menjelaskan  kepada kita bahwa bintang-bintang di cakrawalanya mempunyai gerak yang berbeda dengan gerak tersebut dan bahwa bintang-bintang itu bergerak dari barat ke timur. Lama gerak itu berbeda-beda menurut perbedaan  cepat dan  lambat gerak  bintang-bintang.

Paralel dengan perjalanan semua bintang di cakrawalanya, di sana bergerak cepat lingkaran besar yang termasuk kepada bagian dari cakrawala paling tinggi dan membaginya kepada dua belahan. lnilah  yang  disebut ekliptika (zodiak). Zodiak  ini dibagi  kepada dua belas tanda. Juga diterangkan di tempat lain, garis ekuinok memotong ekliptika  menjadi dua titik yang bertentangan, yang satu bernama Aries, dan yang lain Libra. Garis ekuinok membagi zodiak menjadi dua belahan, yang satu condong ke arah utara garis ekuinok, dan mencakup tanda­ tanda yang dimulai dari Aries hingga berakhir dengan Virgo. Belahan lain condong ke arah selatan garis ekuinok dan mencakup tanda-tanda yang dimulai dari Libra hingga berakhir  dengan Pisces. Jika  kedua  kutub jatuh di atas horison  di seluruh pelosok bumi, sebuah garis akan terbentuk di atas permukaan bumi, berhadapan dengan garis ekuinok dan bergerak cepat dari barat  ke timur. Garis ini disebut Equator. Dari observasi astronomis tampak, garis ini sejajar dengan permulaan daerah iklim yang pertama di antara daerah-daerah yang berjumlah  tujuh  tersebut. Semua peradaban  berada  di sebelah utaranya.

Kutub utara meninggi secara pelan-pelan ke horison areal tanah yang dimakmurkan hingga elevasinya mencapai enam puluh empat derajat. Di sini, semua peradaban berakhir dan putus. lni pula akhir daerah iklim yang ketujuh. Apabila elevasinya sampai sembilan puluh derajat di horison dan inilah jarak antara kutub dengan garis ekuinok ia  berada di zenit, dan garis ekuinok sedang berada di horison. Keenam tanda zodiak, di arah utara, berada di batas horison, dan keenam tanda zodiak lainnya, di arah selatan, berada di bawah  horison.

Di areal tanah yang terletak antara enam puluh empat hingga sembilan puluh derajat peradaban tidak dimungkinkan, karena  panas dan dingin di sana tidak teratur akibat jarak waktu antara ke­ duanya sangat jauh. Oleh karena itu, kelangsungan generasi tak mendapat  tempat. Matahari   berada  di  zenit  di  atas  Ekuator   pada  permulaan Aries dan Libra. Kemudian condong dari zenitnya turun ke permulaan Cancer dan Capricorn. Dan deklinasi paling besar dari garis ekuinok  adalah  dua puluh-empat derajat.

Kemudian, apabila kutub utara meninggi di horison, garis ekuinok berdeklinasi dari zenit sesuai dengan elevasinya di kutub utara, sedangkan kutub selatan turun sampai dengan  tiga  (jarak­ jarak meningginya garis lintang geografis; distances constituting geographical latitude). Para sarjana yang menetapkan waktu shalat menamakannya  garis lintang suatu tempat. Apabila garis ekuinok berdeklinasi di atas horison, tanda-tanda zodiak yang terdapat di belahan utara turun pelan-pelan sesuai dengan kecepatannya meninggi ke atas, hingga permulaan Cancer dicapai. Demikian pula, tanda-tanda zodiak yang terdapat di belahan selatan turun dari horison hingga mencapai permulaan Capricorn, sebab inklinasi (kedua belahan zodiak)  seperti  telah kami terangkan - meninggi atau turun dari horison ekuator. Horison  utara tetap dan terus meninggi hingga mencapai  puncak paling utara. lnilah permulaan dari Cancer yang berada di zenit. Hal ini terjadi ketika garis lintang di  Hejaz  dan  tempat  lain yang berada di sekitarnya dua puluh empat derajat. Dan inilah deklinasi yang, apabila permulaan Cancer berdeklinasi dari garis ekuinok di horison equator, berelevasi bersama elevasi kutub utara, hingga  mencapai zenitnya.

Jika kutub  meninggi  lebih  dari  dua puluh empat derajat, matahari turun dari zenit, dan terus turun hingga elevasi kutub mencapai enam puluh empat derajat, dan rendah matahari  dari  zenit sama persis dengan rendah kutub selatan di bawah horison. Dengan demikian, (kelanjutan) generasi terhenti disebabkan dingin yang kelewat batas, dan musim dingin serta panjang waktu tidak diikuti  oleh panas. Di dan dekat zenitnya, matahari mengirimkan sinarnya tegak lurus ke bumi. Di lain posisi, matahari mengirimkan sinarnya dengan  sudut-sudut  yang  terpencar  dan  tajam.  Apabila  sudut-sudut sinar matahari tegak lurus, maka cahayanya akan kuat dan  terpencar ke seluruh tempat, berbeda dengan ketika sudut-sudut sinar matahari terpencar dan tajam. Oleh karena, di dan dekat zenitnya, panas lebih besar daripada posisi-posisi yang lain, karena cahaya (matahari) penyebab  timbulnya  panas  dan  pemanasan  (taskhiin. Ar. calefactlon. Ing) .

Matahari mencapai zenitnya di Ekuator dua kali setiap tahun di dua titik Aries dan Libra. Deklinasi (matahari) tidak begitu jauh. Panas hampir tidak seberapa, apabila matahari sudah mencapai puncak deklinasinya di permukaan Cancer atau Capricorn dan mulai memuncak lagi menuju zenit. Sinar-sinar yang sudut-sudutnya tegak lurus tetap jatuh dengan kuat pada horisonnya di sana dan tetap bertahan hingga waktu yang lama, meskipun tidak permanen. Udara menyala panas, dan terus bertambah panasnya. Demikianlah keadaannya selama matahari meninggi dan memuncak di zenit dua kali di atas areal tanah yang terletak dua puluh empat derajat di antara Ekuator dengan garis lintang. Sinar-sinar terus mengirimkan banyak energi ke atas horison seperti di atas Ekuator.

Panas yang begitu  melampaui batas menjadikan udara  kering, dan tak memungkinkan berlanjutnya generasi. Sebab, apabila panas begitu kuatnya, air dan semua benda yang berair (lembab) akan kering, kekuatan memproses generasi di dalam mineral hewan, dan tumbuh-tumbuhan, menjadi rusak. Proses itu hanya berlangsung di tempat-tempat lembab. Kemudian,  apabila  permulaan  Cancer  turun ke bawah dari zenit di atas garis lintang yang terletak di derajat dua puluh lima dan sesudahnya, matahari juga turun ke bawah dari zenitnya. Panas matahari menjadi kurang atau lebih. Maka proses penciptaan pun dapat berlangsung. Hal ini berkelangsungan hingga dingin begitu mencekam, disebabkan menyusutnya cahaya dan sudut sinar matahari jatuh  terpencar. Proses pun berkurang dan  rusak .

Namun kerusakan proses penciptaan (generasi) di musim panas lebih besar daripada di musim dingin, sebab lebih cepat menimbulkan  pengaruh  kering  daripada   pengaruh   pembekuan. Oleh karena itu peradaban di daerah iklim yang pertama dan kedua sedikit, sedangkan di daerah iklim yang ketiga, keempat dan kelima, peradaban berada di tingkat pertengahan disebabkan keserasian panas oleh sedikitnya cahaya matahari. Dan di daerah iklim keenam dan ketujuh, peradaban begitu banyak karena sedikitnya panas. Di samping bahwa dingin tidak mendatangkan efek pengrusak  (destruktif)  seperti  panas  terhadap  proses penciptaan; sebab pengeringan hanya terjadi apabila panas keterlaluan dan terus mendapat tambahan pengeringan. Ini lah yang terjadi di daerah-daerah sesudah daerah iklim yang ketujuh. Lalu, ini pula yang menyebabkan peradaban di perempatan utara lebih banyak dan lebih besar daripada di perempatan  selatan. Allah  lebih mengetahui.

Dari fakta ini para filosof berkesimpulan, daerah yang terletak di Ekuator dan sesudahnya kosong. Dengan observasi dan tradisi-tradisi yang berlangsung, pendapat mereka ditolak oleh sebagian pendapat yang menyatakan bahwa daerah tersebut telah diolah dan dibangun (dimakmurkan). Bagaimana hal ini dapat dibukti­ kan? Namun yang jelas, para filosof tidak menolak sama sekali kemungkinan adanya peradaban di sana. Mereka berpendapat sebagai tersebut di atas, didorong oleh suatu kesimpulan bahwa kerusakan penciptaan di sana sangat besar disebabkan oleh kuatnya panas. Akibatnya, peradaban di sana, bisa merupakan kemungkinan yang menolak (tak dimungkinkan) atau bisa juga merupakan kemungkinan yang minimal. Ini juga daerah yang terletak di Ekuator dan daerah-daerah di belakangnya, apabila ada peradabannya sebagaimana dinukilkan, maka itu pun sangat sedikit  sekali.

Ibnu Rusyd berasumsi bahwa Ekuator berada dalam posisi simetris, dan bahwa daerah-daerah  yang terletak  di belakang  Ekuator ke selatan sama dengan daerah-daerah yang  terletak  di  belakang Ekuator ke utara. Akibatnya, daerah yang dimakmurkan di bagian selatan akan sama dengan daerah yang dimakmurkan di bagian utara Ekuator. Asumsinya memang tak dapat ditolak, jika dilihat dari segi bahwa argumentasi kerusakan proses penciptaan generasi sejalan dengan asumsi tersebut. Namun asumsi tersebut tidak mungkin untuk  diterapkan  pada daerah-daerah belakang Ekuator di selatan, dilihat bahwa  elemen material menutupi  permukaan  bumi di sana sampai batas mana kondisi itu, jika ada di sebelah utara memungkinkan proses penciptaan. Dengan menghitung jumlah air terbanyak di selatan, asumsi Ibnu Rusyd tentang (posisi) simetris (Ekuator) akan menjadi tak dimungkinkan. Apa pun akan mengikutinya, selama peradaban tumbuh berkembang sedikit demi sedikit dan memulai pertumbuhan gradualnya  di mana  ia bisa  berwujud,  bukan  di mana ia tak bisa berwujud.

Sedangkan mengenai asumsi bahwa peradaban tak bisa ada di Ekuator, itu bertentangan dengan tradisi yang sudah mutawatir (nukilan yang dapat dipertanggungjawabkan). Allah lebih mengetahui!
Setelah pembicaraan ini, kita akan menggambarkan bentuk bumi, sebagaimana dilakukan oleh penulis Buku tentang Roger. . .!


Ket. klik warna biru untuk link

Download di Sini


Sumber.
Khaldun, Ibn. 1986. Muqaddimah. Pustaka Pirdaus. Jakarta 


Lihat Juga
1. Abdel Rahman Ibn-Khaldun. Biografi
2. Perhatian Terhadap Masyarakat Sebelum Comte
3. Ibn Khaldun. Pengaruh Iklim Terhadap Karakter Manusia
4. Ibn Khaldun. Peradaban Umat Manusia secara Umum 
5. Ibn Khaldun. Pengaruh Udara Terhadap Warna Kulit Umat Manusia
6. Ibn Khaldun. Bagian-Bagian Bumi tempat peradaban berdiri
7. Ibn Khaldun. Pengaruh Ketersediaan Makanan Terhadap Tubuh dan Karakter Manusia
8. Ibnu Khaldun. Teori Gerak Siklus Sejarah
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment