Magis
Table of Contents
Magis |
Penegasan di atas tidak memberi penjelasan yang memadai, terutama Taylor yang menyoroti dari sisi negatifnya karena ia hanya melihat dari sisi efek yang ditimbulkannya. Namun demikian, Taylor pun mengemukakan bahwa sebagai ilmu pseudo—suatu istilah yang pertama kali dipopulerkannya—dapat diringkas dalam dua prinsip dasar. Pertama, kemiripan menghasilkan kemiripan. Kedua, segala sesuatu atau benda yang pernah dihubungkan akan terus saling berhubungan dalam jarak tertentu. Dua prinsip ini menghasilkan magis homeophatic atau imitative dan magis contagious. Dua cabang magis itu pada akhirnya dapat dipahami dalam istilah magis sympathetic karena keduanya mengasumsikan bahwa segala benda akan saling berhubungan satu sama lain dalam jarak tertentu melalui suatu simpati rahasia, impuls ditransmisikan dari satu pihak ke pihak lain lewat sarana yang kita sebut sebagai zat tidak terlihat (Tylor,1871; Frazer, 1932).
Magis tidak dapat bekerja tanpa ahli magis primitif karena seluruh keterampilan magisnya yang licik, benar-benar salah. Sebab di dalam realitasnya, dunia nyata tidaklah bekerja hanya semata-mata menurut pola simpati dan persamaan yang secara salah diterapkan padanya oleh ahli magis. Oleh karena itu, setelah waktu berjalan, pikiran yang dalam dan lebih kritis dalam komunitas primitif mengambil kesimpulan yang masuk akal, bahwa magis pada dasarnya adalah kebohongan. Seorang ahli magis dapat mencoba mengesampingkan kegagalan atau bahkan menanggung sendiri kesalahan itu, tetapi fakta dengan lantang mengungkap bahwa sistemlah yang salah, bukan manusia. Bagi Frazer, pengakuan umum tentang kesalahan itu merupakan perkembangan yang penting dalam sejarah pemikiran manusia, karena peranan magis menurun dan agamalah yang menggantikan tempatnya (Pals, 2001:61).
Kaum fungsionalis maupun Tylor dan Frazer, mengembangkan anggapan bahwa magis dan agama—dua hal yang sering kali menjadi satu dalam label magico-religious—secara intrinsik merupakan khayalan, walaupun banyak kepercayaan yang dapat dibuktikan memberi sumbangan yang berarti terhadap masyarakat tertentu. Anggapan bahwa magis merupakan sesuatu yang “di luar akal sehat”, hal ini mendapat tantangan dari beberapa antropolog. Mereka melihat itu sebagai penyakit imuwan atau arogansi yang bersifat etnosentris dari kalangan akademisi Barat (Willis, 2000:601).
Ket. klik warna biru untuk link
Download di Sini
Materi Sosiologi SMA
1. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.1 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum 2013)
2. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.2 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum 2013)
3. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.3 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum 2013)
4. Materi Sosiologi Kelas XII. Bab 4. Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum 2013)
5. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.1 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum Revisi 2016)
6. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.2 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum Revisi 2016)
7. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.3 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum Revisi 2016)
8. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.4 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum Revisi 2016)
9. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.1 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
10. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.2 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
11. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.3 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
12. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.4 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
13. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 3. Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum 2013)
14. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 1. Bentuk-bentuk Struktur Sosial (KTSP)
15. Materi Ujian Nasional Kompetensi Dinamika Struktur Sosial
Post a Comment