Stereotip
Table of Contents
Stereotip |
Lippman (1922) mengemukakan bahwa stereotip merupakan fungsi penting dari penyederhanaan kognitif yang berguna untuk mengelola realitas ekonomi, di mana tanpa penyederhanaan maka realitas tersebut menjadi sangat kompleks. Ternyata dari studi empiris yang dilakukan peneliti tentang stereotip ini menghasilkan suatu temuan yang mengejutkan (Jones, 2000: 1054-1055). Pertama, dari penganut Teori Labeling dalam sosiologi bahwa kekuatan stereotip dalam menimbulkan respons emosional individu untuk keluar dari anggota kelompoknya atau individu minoritas demikian tinggi dan dominan. Sebaliknya, dari pendukung Teori Frustasi-Agresi (Dollard, 1939), dalam psikologi sosial mengemukakan bahwa kekuatan stereotip pun membangkitkan minat dalam dinamika prasangka dan menekankan sifat dari berbagai stereotip.
Kemudian, dari riset yang dilakukan Adorno dkk. (1950) mengemukakan bahwa kekuatan stereotip merepresentasikan suatu usaha untuk mengungkapkan beberapa dinamika tersembunyi antisemistisme, etnosentrisme, dan predisposisi yang lebih umum terhadap pemikiran yang terlalu sempit (fanatik) yang diasosiasikan dengan sistem kepercayaan fasis. Kemudian, dari penelitian Gordon Allport (1954), stereotip walaupun merupakan sebuah konsekuensi fungsi kognitif yang umum dan normal, tetapi berhubungan dengan efek inferioritas, frustasi, dan pembelaan diri yang patologis sering berimplikasi buruk.
Di Indonesia, stereotip pun demikian berkembang terutama di kalangan masyarakat menengah ke bawah maupun masyarakat yang relatif berpendidikan rendah. Beberapa etnis tertentu sering mendapat label yang menyudutkan, seperti Cina Licik, Jawa Koek, Padang Bengkok, Batak si tukang copet, dan sebagainya (Supardan, 2004:63-70). Wajar jika menurut Fred E. Jandt dalam bukunya Intercultural Communication: An Introduction mengemukakan bahwa stereotype dan prejudice merupakan penghambat terjadinya komunikasi antarbudaya yang bermakna di tengah budaya yang berbeda, di samping faktor-faktor kecemasan dan etnosentrisme (Jandt, 1998:70-74).
Ket. klik warna biru untuk link
Download di Sini
Materi Sosiologi SMA
1. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.1 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum 2013)
2. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.2 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum 2013)
3. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.3 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum 2013)
4. Materi Sosiologi Kelas XII. Bab 4. Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum 2013)
5. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.1 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum Revisi 2016)
6. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.2 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum Revisi 2016)
7. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.3 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum Revisi 2016)
8. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.4 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum Revisi 2016)
9. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.1 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
10. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.2 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
11. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.3 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
12. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.4 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
13. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 3. Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum 2013)
14. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 1. Bentuk-bentuk Struktur Sosial (KTSP)
15. Materi Ujian Nasional Kompetensi Dinamika Struktur Sosial
Post a Comment