Strukturalisme dan Kritik Sastra. Roland Barthes

Table of Contents
Strukturalisme dan Kritik Sastra
Roland Barthes
Tokoh yang memainkan peranan sentral dalam strukturalisme tahun 60-an dan 70-an di Paris adalah Roland Barthes (1915-1980). Ia dilahirkan di Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne serta Paris. Di Universitas Sorbonne ia mempelajari sastra Prancis dan Klasik (Yunani dan Romawi). Karena sakit tuberkulosa, ia lama berobat di beberapa sanatoria (1942-1947). Ia mengajar bahasa dan Sastra Prancis di Bukarest (Rumania) dan Kairo (Mesir). Sesudah kembali di Prancis ia bekerja untuk Centre national de recherché scientifique (Pusat nasional untuk penelitian ilmiah) dan menulis artikel-artikel tentang sastra. Dari tahun 1960 ia menjadi asisten dan kemudian direktur studi dari seksi keenam Ecole pratique des hautes etudes. Pada tahun 1976 ia diangkat sebagai profesor untuk semiology literer di College de France. Tahun 1980 ia meninggal pada umur 64 tahun, akibat ditabrak mobil di jalanan Paris sebulan sebelumnya.

Mungkin karena tidak pernah menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi yang sudah mempunyai tradisi mantap dibidang kritik sastra, seperti misalnya Universitas Sorbonne, Barthes dapat berkembang dengan bebas. Ia sendiri selalu menekankan bahwa ia tidak termasuk salah satu aliran tertentu. Dari buku ke buku, pemikirannya senantiasa berkembang. Tidak ada kontinuitas begitu saja antara satu buku yang ditulisnya dan buku berikutnya. Secara umum boleh dikatakan, pemikirannya menentang segala macam kontinuitas serta kesatuan dan sebaliknya menekankan diskontinuitas serta pruralitas. Ia mengalami semua pengaruh yang menandai zamannya, seperti misalnya eksistensialisme, Marxisme, dan strukturalisme. Dalam buku pertama yang ditulisnya, Le degree zero de l’ecriture (1953) (Nol Derajat di Bidang Menulis), ia sudah menempuh jalannya sendiri. Dalam buku ini agak menonjol kritiknya atas kebudayaan borjuis. Dalam hal ini ia sejalan dengan Sartre dan beberapa Marxis Prancis pada waktu itu. Demikian juga dalam buku Mythologies (1957) (Mitologi-Mitologi) ia menganalisa data-data kultural yang dikenal umum seperti mobil Citroen, DS, balap sepeda Tour de France, reklame dalam surat kabar dan lain-lain sebagai gejala masyarakat borjuis dan ia berusaha memperlihatkan ideologinya.

Tahun 1956 ia membaca buku Saussure Kursus tentang Linguistik Umum dan mulai menyadari kemungkinan-kemungkinan untuk menerapkan semiologi atas bidang-bidang lain. Tetapi bertentangan dengan Saussure, Barthes beranggapan bahwa semiologi termasuk linguistik dan tidak sebaliknya. Dalam hal ini ia mengikuti pendapat E. Benveniste, ahli linguistic Prancis besar yang berasal dari Libanon. Benveniste menekankan bahwa sekelompok tanda baru berarti bila dapat dibahasakan. Karena itu bahasa mempunyai suatu perioritas di atas semua sistem tanda-tanda yang lain. Dalam suatu buku kecil, berjudul Element de Semiologie (1964) (Beberapa Unsur Semiologi), Barthes melukiskan prinsip-prinsip linguistik dan relevansinya di bidang-bidang lain. Dari sudut pandangan strukturalistis ia memberikan suatu interpretasi baru tentang dramawan besar dari sastra Prancis abad ke-17, Jean Racine: Sur Racine (1964) (Tentang Racine). Pendekatan baru tentang sastra yang diusahakan Barthes disini diberi nama nouvelle critique (kritik sastra yang baru). Interpretasi baru tentang Racine ini diserang tajam oleh Raymond Picard, professor di Universitas Sorbone, yang membela pandangan tradisional tentang Racine.

Buku Sistem de la mode (1967) (Sistem Mode) merupakan suatu percobaan untuk menerapkan metode analisa struktural atas mode pakaian wanita. Dipandang sepintas lalu, mode pakaian merupakan sesuatu yang kebetulan dan sepele. Tetapi Barthes memperlihatkan bahwa di belakangnya terdapat suatu sistem. Untuk itu ia menyelidiki artikel-artikel tentang mode pakaian dalam dua majalah dari tahun 1958/1959. Mode ditafsirkannya sebagai suatu Bahasa yang ditandai sistem relasi-relasi dan oposisi-oposisi (seperti misalnya antara berbagai warna, bahan tekstil yang tertentu, krah tertutup atau terbuka dan lain-lain).

Dasawarsa terakhir hidupnya merupakan periode yang amat produktif. Hampir setiap tahun diterbitkan buku baru. Di antara karangan-karangan periode ini pantas disebut sebuah buku dengan judul yang aneh: S/Z (1970). Buku ini merupakan salah satu contoh bagus tentang cara kerja Barthes. Di sini ia menganalisa sebuah novel kecil yang relatif kurang dikenal, berjudul Sarrasine, ditulis oleh sastrawan Prancis abad ke-19, Honore de Balzac. Panjangnya buku Barthes melebihi enam sampai tujuh kali panjangnya novel Balzac yang asli. Balzac biasanya disebut sebagai contoh istimewa dibidang realisme dalam sastra prosa Prancis. Barthes mempersoalkan pandangan tradisional itu. Kalau realisme Balzac sering dibandingkan dengan melukis, ia memperlihatkan bahwa realisme Balzac itu sebetulnya tidak melukiskan kehidupan, tetapi hanya pandangan-pandangan yang sudah fixed tentang kehidupan. Ia melukiskan stereotip-stereotip tentang kehidupan. Dengan demikian—disimpulkan Barthes—realisme terdiri bukan atas meniru yang real, melainkan atas meniru suatu tiruan dari yang real. Barthes mulai penyelidikannya dengan membagi buku Sarrasine atas yang disebutnya 561 lexies yang semua diberi nomor. Istilah lexie yang dipergunakan untuk menunjukan satuan bacaan. Ada lexie yang terdiri atas beberapa kata saja dan ada lexie lain yang meliputi beberapa kalimat. Setelah seluruh teks dipotong-potong menjadi satuan-satuan serupa itu, dalam suatu langkah berikut satuan-satuan itu dapat dikombinasikan atau dipertentangkan. Untuk itu ia menggunakan lima kode: kode hermeneutis dan aksional, kode semantic dan simbolis, dan akhirnya kode referensial. Kode yang terakhir misalnya mencari relasi-relasi dengan realitas di luar teks. Terutama dengan memakai kode itulah Barthes memperlihatkan bahwa apa yang disebut realisme Balzac, lebih kompleks daripada biasanya dipikirkan, sebagaimana sudah dikatakan di atas.

Di antara buku-buku Barthes yang lain dapat disebut lagi L’empire des signes (1970) (Kekaisaran Tanda-Tanda), tentang Jepang, suatu negara yang banyak dikagumi oleh Barthes seperti sebaliknya juga di sana terdapat minat khusus untuk Barthes dan strukturalisme pada umumnya. Dalam buku Sade, Fourier, Loyola ia menyelidiki persamaan dan perbedaan antara Marquis de Sade, pengarang tentang erotic, Fourier, tokoh komunisme utopistis, dan Ignatius dari Loyola, pengarang tentang hidup kristiani yang namanya tercantum dalam daftar orang Santo dari Gereja Katolik. Ia menulis juga otobiografinya dengan judul Roland Barthes par Roland Barthes (1979) (Roland Barthes oleh Roland Barthes). Buku ini seluruhnya ditulis dengan menggunakan orang ketiga (ia atau juga RB). Hal itu dapat ditafsirkan sebagai gejala yang menunjukkan bahwa pada Barthes pun terdapat tendensi untuk menghilangkan subjek dari teks. Dalam hal ini Barthes segaris dengan strukturalis-strukturalis lain, biarpun dalam perumusannya ia pasti tidak seprovokatif seperti Foucault umpamanya dan kurang melakukan usaha filosofis untuk mempertanggungjawabkan anggapan itu.


Ket. klik warna biru untuk link

Download di Sini


Sumber:
Bertens. K. Filsafat Barat Kontemporer: Prancis. 2001. Gramedia. Jakarta.
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment