Strukturalisme dan Psikoanalisa. Jacques lacan
Table of Contents
Jacques lacan |
Tahun 1953 Lacan dikeluarkan dari Himpunan international untuk psikoanalisa dan serentak juga dari cabangnya di Prancis. Sebagai alasan resmi disebut praktek-praktek Lacan yang menyimpang dari psikoanalisa yang ortodoks, seperti misalnya bahwa lamanya pengobatan-pengobatan psikoanalitisnya kadang-kadang tidak melebihi tiga atau lima menit saja dan juga masalah latihan analisis-analisis baru. Tetapi pada latar belakang pasti juga berperan perbedaan pendapat teoretis. Lacan sudah lama mengkritik beberapa tendensi dalam Himpunan internasional untuk psikoanalisa, khususnya di antara anggota-anggota Amerika dalam himpunan itu. Ia menolak sikap empiristis dan sientistis mereka, ia menentang bertambah pentingnya Ego psychology di kalangan mereka (Hartman, Kris, Lowenstein) dan mempersoalkan tendensi medikalisasi (medicalization) pada analis-analis Amerika, yaitu tendensi untuk mengaitkan secara ekslusif psikoanalisa dengan profesi medis. Dalam hal terakhir ini ia dekat dengan ikhtiar Freud sendiri dalam Masalah analisa awam (1927). Di Paris ia mendirikan suatu himpunan baru Societe Francaise de psychanalyse (1953) yang mengakui sebagai tujuannya untuk secara konsekuen kembali pada psikoanalisa Freud sendiri, dan menggunakan sebagai organnya majalah La Psychanalise. Tahun 1964 himpunan baru itu dibubarkan dan diganti dengan Ecole Freudiene de Paris (Sekolah Freudian di Paris) yang memiliki sebagai organ komunikasi majalah bernama Scilicet (kata Latin yang berarti yaitu). Karya Lacan yang tebal berjudul Ecrits (1966) (Karangan-Karangan) terdiri dari ceramah-ceramah yang diberikannya pada berbagai kesempatan.
Sejak tahun 1953, secara berkala ia memberi seminar tentang masalah-masalah psikoanalitis. Seminar-seminar ini menarik semakin banyak peminat dan menjalankan pengaruh besar sekali atas kehidupan intelektual di Paris pada tahun 60-an dan 70-an. Karena jumlah peminat semakin membengkak, seminar ini diberikan di berbagai tempat di ruang-ruang yang semakin besar. Sekali juga di kampus universiter di Vincennes yang terkenal radikal itu; tetapi karena berbagai kesulitan tempat itu segera diganti dengan tempat lain, biarpun pemikiran Lacan tetap mempunyai dampak atas pengajaran di sana. Seminar-seminar tersebut selalu direkam dan dengan persetujuan dan kerja sama sendiri mulai diterbitkan sejak tahun 1957 dengan judul Le seminare de Jacques Lacan, di bawah pimpinan menantuanya, Jacques-Alain Miller. Proyek seluruhnya direncanakan dalam 21 jilid. Tahun 1974 terbit bukunya Television (Televisi), berisikan dua wawancara yang diberikan untuk televisi Prancis. Seperti halnya dengan bapak psikoanalisa dulu, Lacan pun di kalangan murid-muridnya harus mengalami penyimpangan-penyimpangan. Pada tahun sebelum meninggalnya ia sendiri membubarkan Ecole Freudienne de Paris, karena menurut pendapatnya di situ telah terjadi terlalu banyak penyimpangan dan kompromi.
Karya-karya Lacan sulit sekali untuk dibaca. Dari apa yang diterangkan di atas sudah menjadi jelas bahwa ia terutama menguraikan pemikirannya secara lisan. Karyanya sebagian terbesar terdiri atas teks-teks yang pernah diucapkan sebagai ceramah atau bahan seminar dan kemudian oleh si penceramah dituliskan dan direvisi. Tetapi sukarnya gaya bahasanya tidak disebabkan hanya karena asal usul karya ini. Rupanya cara menulis yang serba sulit itu sengaja dipraktekan Lacan demikian. Ia sangat curiga terhadap cara menulis yang jelas dan jernih, yang sebetulnya sudah lama menjadi tradisi dalam sastra dan filsafat Prancis. Kita mendapat kesan bahwa gaya bahasa yang penuh suasana misteri itu harus mengamankan pemikirannya terhadap penyalahgunaan oleh pihak yang tidak berkepentingan, seperti yang telah terjadi dengan karangan-karangan Freud sendiri. Lacan penulis untuk insiders; sering diulanginya bahwa ia hanya bicara untuk analis-analis. Tetapi ironinya adalah bahwa buku Ecrits telah menjadi best-seller yang banyak dibaca atau sekurang-kurangnya dimiliki oleh orang yang tidak akan mengerti. Tentu saja, keadaan karangan-karangan Lacan yang khusus itu mengakibatkan banyak sekali kesulitan bagi siapa saja yang ingin menerjemahkannya ke dalam bahasa lain. Bagi Lacan berlaku lebih daripada bagi pengarang lain bahwa terjemahan tidak pernah dapat mengganti teks yang asli. Namun demikian, sudah dilakukan beberapa percobaan untuk menerjemahkan sejumlah teks Lacan. Dapat dimengerti juga bahwa gaya Bahasa ini telah menampilkan banyak kritik yang terlalu murah. Karena orang tidak sabar memenuhi semua syarat yang dituntut oleh karya unik ini Lacan langsung dituduh mengenai obskurantisme dan mistisisme. Di bawah ini akan kami usahakan menguraikan beberapa pikiran dasar Lacan terutama sejauh berhubungan dengan strukturalisme sebagai keseluruhan.
Semboyan yang dapat dipasang di atas seluruh usaha Lacan adalah kembalilah kepada Freud. Karangan-karangan Freud selama ini tidak pernah kekurangan peminat. Psikoanalisa Freud telah diinterpretasikan dari berbagai sudut pandangan: biologi, sosiologi, kulturalisme, dan lain-lain. Di samping itu Freud telah diseret ke gelanggang perhatian masyarakat ramai, sehingga dalam apa yang dikatakan dan dipikirkan tentang dia hampir tidak ada perkaitan lagi dengan maksudnya yang sesungguhnya. Untuk fenomena terakhir ini dengan cara menyindir Lacan menciptakan istilah frofreudisme, Freudsime semu. Sudah waktunya kita kembali kepada Freud sendiri. Untuk mengerti maksud pemikiran Freud, kita sekarang memiliki suatu alat sangat berharga yang belum dikenal oleh penemu psikoanalisa itu sendiri, yaitu linguistik modern. Lacan ingin membuat psikoanalisa menjadi suatu antropologi otentik dengan mengambil ilmu bahasa sebagai pedoman (Ecrits, hlm. 284). Sebagai penemuan Freud yang paling mencolok mata dapat dianggap bahwa ia memperlihatkan suatu decentrement (dalam Bahasa Inggirs telah diterjemahkan: decentering) pada manusia. Ia memperkenalkan kita dengan kenyataan bahwa manusia seakan tergeser dari pusatnya. Sesudah Freud kesadaran tidak mungkin dipandang lagi sebagai pusat manusia yang mutlak dan otonom. Manusia tidak lagi tuan dan penguasa dalam rumahnya sendiri, dikatakan Freud. Anggapan itu tidak kurang dari suatu revolusi dalam cara memandang manusia. Untuk itu kita teringat saja akan peranan yang dimainkan oleh kesadaran dalam seluruh pemikiran Barat sejak Descartes.
Dengan menyelami ketidaksadaran, Freud memperlihatkan pada manusia suatu lapisan lebih mendalam yang tidak terduga sebelumnya, suatu taraf tak sadar serta anonim. Nah, usaha Lacan ialah menjelaskan ketidaksadaran itu dalam cahaya penemuan-penemuan linguistik tentang bahasa. Perbedaan Saussure antara signifiant dan signifie, antara penanda dan yang ditandakan, banyak dipakai oleh Lacan. Mimpi, gejala neurotis, salah tindak (Fehlleistung) dan lain-lain, semuanya merupakan penanda. Seluruh percakapan si analis dengan si analisan merupakan une chaine de signifiants, seuntai rantai penanda-penanda. Bahasa (langue seperti dimengerti oleh Saussre) merupakan suatu sistem yang terdiri dari relasi-relasi dan oposisi-oposisi yang mempunyai prioritas terhadap subjek yang berbicara. Manusia tidak merancang sistem itu, tetapi sebaliknya takluk kepadanya. Dan justru ketaklukan ini memungkinkan dia berbicara. Menurut Lacan hal yang sama berlaku juga untuk ketidaksadaran. Ketidaksadaran adalah semacam logos yang mendahului manusia perseorangan. Manusia menyesuaikan diri dengannya dan mendengarkannya. Ketidaksadaran merupakan suatu struktur, tetapi manusia sendiri tidak menguasai struktur ini. In this structure man as cogito or as consciousness is not the center and the subject of structuration but rather a moment or an element. He is not the one who structures, but the one who is structured, that is, the result and the product (Dalam struktur ini manusia sebagai cogito atau kesadaran bukannya pusat dan subjek strukturisasi, melainkan suatu momen atau suatu unsur. Manusia bukannya orang yang menstrukturisasi melainkan orang yang distrukturisasi; artinya ia merupakan hasil dan produk).
Supaya semuanya itu jangan salah dimengerti, perlu ditambah lagi bahwa Lacan selalu membahas ketidaksadaran dalam konteks percakapan psikoanalisis, artinya percakapan seorang psikoanalis dengan pasiennya atau—lebih umum—percakapan seorang psikoanalis dengan analisannya. Dalam percakapan itu ketidaksadaran tampak sebagai Bahasa. L’inconscient est structure comme un langage (Ecrits, hlm.379) merupakan salah satu ucapan Lacan yang sudah menjadi termasyur: ketidaksadaran mempunyai struktur yang sama seperti Bahasa. Dan kalau ditanyakan: siapakah yang berbicara dalam percakapan itu, mungkin akan dijawab bahwa tentu saja analisa sendirilah yang berbicara. Tetapi Lacan tidak puas dengan jawaban serupa itu. Ia menerima betul-betul penemuan Freud bahwa manusia telah tergeser dari pusatnya. Dalam percakapan psikoanalitis subjek tidak berbicara, tetapi subjek dibicarakan: le sujet y est parle plutot qu’il ne parle (Ecrits, hlm. 280). Bukan saya yang bicara; ada yang bicara dalam diri saya (it speaks in me). Ketidaksadaran merupakan le discours de l’Autre (diskursus dari yang lain) (Ecrits, hlm. 379).
Sengaja kita membatasi diri pada aspek ini saja dari pemikiran Lacan—sambil melewati begitu banyak aspek lain yang penting juga—karena di sinilah tampak persamaan paling jelas dengan apa yang sudah diuraikan mengenai Levi-Strauss. Pada mereka berdua status subjek sebagai cogito atau kesadaran (sebagaimana dimengerti dalam filsafat klasik) dipersoalkan secara radikal. Itulah titik singgung yang menonjol, sekalipun konteks ilmiah kedua pemikir ini sangat berlainan. Akhirnya, kami ingin minta perhatian untuk suatu titik singgung lain lagi, yaitu antara Lacan dan Heidegger (disamping Hegel, filusuf yang juga memainkan peranan besar dalam pemikiran Lacan). Harus dicatat dulu, yang dimaksudkan disini adalah Heidegger pada usia lebih lanjut atau kadang-kadang diberi nama juga Heidegger II, artinya periode dalam pemikiran Heidegger sesudah bukunya Sein und Zeit (Ada dan Waktu). Lacan adalah seorang psikoanalis dan dengan tegas ditandaskanya bahwa dia bukan filusuf. Tetapi ia menaruh minat besar untuk pemikiran filusuf Jerman yang tersohor itu, tidak jarang ia mengutipnya dan pernah menerjemahkan salah satu teksnya, yang kemudian dimuat dalam majalah La Psychanalyse. Salah satu alasan untuk minat tersebut (dan pasti ada lain lagi) ialah bahwa pada Heidegger terdapat anggapan mengenai Bahasa seolah-olah merupakan ruang di mana kita bisa berdiri dan di mana benda-benda tampak bagi kita. Dengan bertutur kita menyebarkan terang, tetapi kita sendiri (sebagai perseorangan maupun sebagai umat manusia secara kolektif) tidak merupakan asal-usul terang itu. Apa yang terjadi dalam Bahasa boleh dilukiskan dengan kategori-kategori seperti pemberian, rahmat, peristiwa. Tetapi sudut pendekatan Heidegger tentu saja sama sekali berlainan dengan Lacan. Perspektifnya bersifat ontologis dan sekali-kali tidak psikoanalitis.
Ket. klik warna biru untuk link
Download di Sini
Sumber:
Bertens. K. Filsafat Barat Kontemporer: Prancis. 2001. Gramedia. Jakarta.
Post a Comment