Aliran Filsafat. Fenomenologi
Table of Contents
Fenomenologi |
Menurut intensionalisme (Brentano), manusia menampakkan dirinya sebagai hal yang transenden, sintesis dari objek dan subjek. Manusia sebagai entre aumonde (mengada pada alam) menjadi satu dengan alam itu. Manusia mengkonstitusi alamnya. Untuk melihat suatu hal, saya harus mengkonversikan mata, mengakomodasikan lensa, dan mengfiksasikan hal yang mau dilihat. Anak yang baru lahir belum bisa melakukan sesuatu hal, sehingga benda dibawa ke mulutnya.
Fenomenologi merupakan suatu aliran. Tokoh terpentingnya adalah: Edmund Husserl 1859-1938. Ia selalu berupaya ingin mendekati realitas tidak melalui argumen-argumen, konsep-konsep atau teori umum. Zuruck zu den sachen selbst—kembali ke benda-benda itu sendiri merupakan inti dari pendekatan yang dipakai untuk mendeskripsikan realitas menurut apa adanya. Setiap objek memiliki hakikat, dan hakikat itu berbicara kepada kita jika kita membuka diri kepada gejala-gejala yang kita terima. Kalau kita mengambil jarak dari objek itu, melepaskan objek itu dari pengaruh pandangan-pandangan lain, dan gejala-gejala itu kita cermati, maka objek itu berbicara sendiri mengenai hakikatnya, dan kita memahaminya berkat intuisi dalam diri kita. Fenomenologi banyak diterapkan dalam epistemologi, psikologi, antropologi, dan studi-studi keagamaan (misalnya kajian atas kitab suci).
Tokoh-tokohnya adalah Edmund Husserl (1859-1938), Max Scheller (1874-1928), Hartman (1882-1950), Martin Heidegger (1889-1976), Maurice Merleau-Ponty (1908-1961), Jean Paul Sartre (1905-1980), dan Soren Kierkegaard (1813-1855).
Ket. klik warna biru untuk link
Download
Sumber
Maksum, Ali. 2016. Pengantar Filsafat. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta
Post a Comment