Al-Farabi. Logika dan Filsafat Bahasa
Table of Contents
Al-Farabi |
Realitas historis masuknya filsafat ke dalam bahasa Arab dari suatu bahasa dan budaya asing, masuknya bahasa Yunani kuno, dan munculnya kesulitan akibat kebutuhan untuk menciptakan kosa kata filsafat dalam bahasa Arab, menjadi isu penting bagi para filsuf Arab awal, termasuk guru dan murid Al-Farabi. Di samping itu, fokus kebahasaan dari sebagian besar logika Aristotelian menciptakan konflik teritorial dengan para praktisi ilmu tata bahasa Arab asli setempat yang melihat bahwa minat filsuf pada logika Yunani hanya merupakan upaya untuk menggantikan tata bahasa Arab dengan Yunani. Karya-karya logika dan kebahasaan Al-Farabi menggambarkan usaha sistematis untuk menyelaraskan pendekatan yang saling berlawanan dalam studi bahasa.
Pada sepanjang karya-karya linguistiknya, Al-Farabi mengangkat konsepsi tentang logika sebagai sejenis tata bahasa universal, yang memberikan kaidah-kaidah yang harus diikuti untuk berpikir secara benar dalam bahasa apa pun. Tata bahasa senantiasa wajib memberikan kaidah yang dibangun atas dasar konvensi dalam pemakaian bahasa tertentu dari budaya tertentu.
Oleh sebab itu, Al-Farabi meletakannya dalam suatu bagian karyanya yang terkenal Ihsha Al-‘Ulum, seni (logika) ini analog dengan seni tata bahasa, dalam pengertian bahwa hubungan logika dengan intelek dan inteligibiel-inteligibel (hal-hal yang dapat dipikirkan dan dipahami oleh akal), seperti hubungan seni tata bahasa dengan bahasa dan ungkapan-ungkapan. Maksudnya, bagi setiap kaidah pengungkapan yang diberikan oleh ilmu tata bahasa, terdapat (kaidah) inteligibel sepadan yang diberikan oleh ilmu logika kepada kita (Al-Farabi, 1968b:68).
Dengan menegaskan bahwa logika dan tata bahasa merupakan dua ilmu berlandaskan kaidah (rule-based science) yang terpisah, masing-masing dengan lingkup dan pokok permasalahannya sendiri, Al-Farabi berusaha membangun logika sebagai kajian otonom filsafat bahasa yang saling melengkapi, bukan bertentangan dengan ilmu tata bahasa tradisional. Akan tetapi, meskipun logika dan tata bahasa tetap merupakan ilmu yang terpisah dan otonom, Al-Farabi juga berpendirian bahwa logikawan dan filsuf bergantung pada ahli tata bahasa karena kemampuan mereka dalam mengartikulasikan doktrin-doktrin mereka dengan idiom suatu bangsa tertentu. Oleh karena itu, seni tata bahasa seyogyanya sangat diperlukan untuk menjadikan kita tahu dan paham terhadap prinsip-prinsip seni (logika) (Al-Farabi, 1987:83).
Ket. klik warna biru untuk link
Sumber
Hasan, Mustofa. 2015. Sejarah Filsafat Islam; Genealogi dan Transmisi Filsafat Timur ke Barat. Pustaka Setia. Bandung
Download
Baca Juga
1. Al-Farabi. Riwayat Hidup
2. Al-Farabi. Karya Filsafat
3. Al-Farabi. Pemikiran Filsafat
4. Al-Farabi. Metafisika
5. Al-Farabi. Filsafat Kenegaraan
6. Al-Farabi. Filsafat Praktis
Post a Comment