Nasiruddin Ath-Thusi. Tentang Metafisika dan Logika

Table of Contents
Tentang Metafisika dan Logika Nasiruddin Ath-Thusi
Nasiruddin Ath-Thusi

Metafisika

Menurut Nasiruddin Ath-Thusi, metafisika terdiri atas dua bagian, yaitu ilmu ketuhanan (‘ilm-i Ilahi) dan filsafat pertama (falsafah-i ula). Pengetahuan tentang Tuhan, akal, dan jiwa merupakan ilmu ketuhanan. Pengetahuan mengenai alam semesta dan hal-hal yang berhubungan dengan alam semesta merupakan filsafat pertama. Pengetahuan tentang kelompok ketunggalan dan kemajemukan, kepastian dan kemungkinan, esensi dan eksistensi, kekekalan dan ketidakkekalan juga membentuk bagian dari filsafat pertama. Di antara cabang (furu’) metafisika termasuk pengetahuan kenabian (nubuwwat), kepemimpinan spiritual (imamat), dan hari pengadilan (qiyamat). Jelajah subjek sendiri menunjukkan bahwa metafisika merupakan esensi filsafat Islam dan lingkup sumbangan utamanya bagi sejarah gagasan.

Logika

Nasiruddin Ath-Thusi menganggap logika sebagai ilmu dan alat ilmu. Sebagai ilmu, ia bertujuan memahami makna-makna dan sifat dari makna-makna yang dipahami. Sebagai alat, ia menjadi kunci untuk memahami berbagai ilmu. Apabila pengetahuan tentang makna dan sifat dari makna-makna itu menjadi berurat berakar dalam pikiran sehingga tidak diperlukan lagi pemikiran dan refleksi, ilmu logika menjadi suatu seni yang bermanfaat (san’at), yang membebaskan pikiran dari kesalahpengertian dan kekacauan.

Setelah mendefinisikan logika, sebagaimana Ibnu Sina, Ath-Thusi memulai dengan pembahasan pendek mengenai teori pengetahuan. Semua pengetahuan adalah konsep (tashawwur) atau penilaian (tashdiq); yang pertama bisa didapat melalui definisi dan yang kedua melalui silogisme. Dengan demikian, definisi dan silogisme merupakan dua alat untuk mencapai pengetahuan.

Tidak seperti Aristoteles, Ibnu Sina membagi semua silogisme menjadi silogisme kopulatif (iqtirani) dan silogisme ekseptif (istitsna’i). Thusi mengikuti pembagian ini dan menggabungkannya dengan caranya sendiri. Karya-karyanya dalam bidang logika secara garis besar bercorak logika Aristoteles, tetapi ia menyebutkan empat dan bukan tiga bentuk silogisme; dan sumber dari bentuk keempat ini terdapat pada Organon Aristoteles atau karya-karya logika Ibnu Sina.
 

Ket. klik warna biru untuk link

Sumber
Hasan, Mustofa. 2015. Sejarah Filsafat Islam; Genealogi dan Transmisi Filsafat Timur ke Barat. Pustaka Setia. Bandung
 

Download

Baca Juga
1. Nasiruddin Ath-Thusi. Riwayat Hidup
2. Nasiruddin Ath-Thusi. Karya Filsafat
3. Nasiruddin Ath-Thusi. Filsafat Moral
4. Nasiruddin Ath-Thusi. Filsafat Jiwa
5. Nasiruddin Ath-Thusi. Tentang Tuhan
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment