Augustinus. Komunitas Allah, Komunitas Dunia
Table of Contents
Augustinus |
Karena itu, apakah seseorang termasuk komunitas Allah atau komunitas dunia tergantung pada keterarahan hatinya. Mana yang lebih kuat: cinta diri yang egois, yang terbelenggu oleh nafsu-nafsu, atau cinta kepada Allah yang membebaskan? Orang akhirnya dicirikan oleh orientasi batin, yaitu mendahulukan dirinya terhadap Allah atau mendahulukan Allah terhadap dirinya. Mendahulukan Allah tidak berarti melalaikan diri; sebaliknya, mendahulukan Allah justru berarti menemukan dan mencintai diri karena kalau Allah yang menciptakan aku kucintai, aku mencintai diriku sendiri juga; dan sebaliknya, apabila cinta kepada diriku memotong diri dari Allah yang merupakan hukum pucuk batinku, tak mungkin aku mencintai diri dalam arti yang sebenarnya. Augustinus menulis, Cinta diri yang sampai ke sikap menghina Allah menciptakan komunitas dunia; cinta (kepada) Allah yang sampai ke sikap menganggap hina diri menciptakan komunitas Allah.
Kita sendiri tidak dapat mengetahui dengan pasti kita termasuk komunitas yang mana. Di satu pihak, meskipun merasakan daya tarik concupiscentia, kita tidak boleh putus asa karena rahmat Allah lebih kuat daripada kelemahan kita. Di lain pihak, dan itulah bahaya yang lebih besar, kita jangan merasa benar diri karena bukan kita sendiri, melainkan hanya Allahlah yang mengenal lubuk hati kita. Mungkin saja kita termasuk dua-duanya sekaligus karena kekuatan baik dan buruk masih berebut dalam hati kita. Sikap yang tepat adalah harapan agar rahmat Allah akan menyelamatkan kita.
Ket. klik warna biru untuk link
Sumber
Suseno, Franz Magnis. 1996. 13 Tokoh Etika; Sejak Zaman Yunani Sampai Abad Ke-19. Kanisius. Jogjakarta
Download
Baca Juga
1. Augustinus. Sekilas Biografi
2. Augustinus. Kebahagiaan dan Transendensi
3. Augustinus. Menyatunya Nilai Objektif dan Subjektif Tertinggi
4. Augustinus. Hukum Ilahi dan Dinamika Batin Manusia
5. Augustinus. Tekanan pada Kehendak
6. Augustinus. Keutamaan dan Rahmat
Post a Comment