Epikuros

Table of Contents
Biografi Epikuros
Epikuros
Epikuros lahir tahun 314 SM di kota Yunani, dan meninggal di Athena tahun 270. Ia seorang pribadi halus, luhur, dan memikat. Ia dipuji karena kesederhanaannya, sikapnya yang lembut, kebaikan hatinya, dan paham persahabatan yang mendalam. Ucapan-ucapannya dapat dikatakan dikeramatkan oleh murid-muridnya. Sayang, lebih dari 300 tulisannya hanya beberapa potong yang tidak hilang. Berbeda dengan Plato dan Aristoteles, berbeda juga dengan Stoa, Epikuros dan murid-muridnya tidak berminat memikirkan, apalagi masuk ke bidang politik. Ciri khas filsafat Epikuros adalah penarikan diri dari hidup ramai. Semboyan Epikuros adalah hidup dalam kesembunyian.

Sekitar tahun 300 SM, Epikuros mendirikan sebuah sekolah filsafat di Athena yang, dengan nama Epikureanisme, akan menjadi salah satu aliran besar filsafat Yunani pasca-Aristoteles. Zaman Epikuros adalah permulaan Helenisme. Iskandar Agung telah mengubah secara radikal peta bumi di wilayah Laut Tengah sampai ke India. Polis, negara-kota Yunani, kehilangan arti politiknya. Terbentuklah kerajaan-kerajaan yang raksasa. Bukan filsafat melainkan cita-cita si bijaksana, ho sophos, yang menentukan pemikiran Helenis. Bukan lagi pengetahuan dan pemetaan rasional yang ditekankan, melainkan kemampuan si bijaksana untuk mengatur hidupnya sendiri melalui kekuatan pikirannya, untuk menjadikan diri bebas dari pasang surutnya takdir dengan menarik diri ke dalam dirinya sendiri. Cita-cita, autarkia, kemandirian, menguasai semuanya. Karena itu, meskipun fisika, metafisika, dan logika tetap ada, semua itu akhirnya demi etika, filsafat praktis. Aliran Epikuros lebih merupakan sekolah kebijaksanaan hidup daripada kebijaksanaan dunia.


Ket. klik warna biru untuk link


Sumber
Suseno, Franz Magnis. 1996. 13 Tokoh Etika; Sejak Zaman Yunani Sampai Abad Ke-19. Kanisius. Jogjakarta 


Download 

Baca Juga
1. Epikuros. Metafisika
2. Epikuros. Etika
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment