Georg Simmel. Tipe-tipe Sosial

Table of Contents
Tipe-tipe Sosial Georg Simmel
Tipe-tipe Sosial
Dari postingan sebelumnya kita sudah menjumpai salah satu dari tipe-tipe Simmel, orang asing, orang-orang lain termasuk orang kikir, pemboros, petualang, dan bangsawan. Untuk menggambarkan cara berpikirnya di wilayah itu, kita akan memfokuskan diri pada salah satu tipenya, orang miskin.

Orang miskin

Sebagaimana yang khas dalam tipe-tipe yang ada di dalam karya Simmel, orang miskin didefinisikan dari segi hubungan-hubungan sosial, sebagai orang yang dibantu orang lain atau setidaknya mempunyai hak atas bantuan itu. Di sini sangat jelas Simmel tidak menganut pandangan bahwa kemiskinan didefinisikan oleh suatu kuantitas, atau lebih tepatnya kekurangan kuantitas, uang.

Meskipun Simmel berfokus pada orang miskin dari segi hubungan-hubungan dan pola-pola interaksi yang khas, dia juga menggunakan kesempatan itu di dalam esainya The Poor (1908/1971c) untuk mengembangkan deretan luas wawasan-wawasan yang menarik ke dalam orang miskin dan kemiskinan. Ciri khas Simmel ialah menawarkan suatu wawasan-wawasan yang berlimpah dalam setiap esainya. Sungguh, itulah salah satu dari klaim-klaimnya yang besar yang membuatnya terkenal. Misalnya, Simmel berargumen bahwa suatu kumpulan hak dan kewajiban timbal balik menerangkan hubungan di antara kaum miskin dan dermawan. Kaum miskin mempunyai hak menerima bantuan, dan hak itu membuat penerimaan bantuan kurang menyakitkan. Sebaliknya, dermawan mempunyai kewajiban memberi kepada fakir miskin. Simmel juga mengambil pendirian fungsionalis bahwa bantuan kepada kaum miskin yang diberikan masyarakat membantu mendukung sistem itu. masyarakat mengharuskan bantuan diberikan kepada kaum miskin agar kaum miskin tidak menjadi musuh masyarakat yang aktif dan berbahaya, untuk membuat energi mereka yang telah susut menjadi produktif, dan dengan demikian mencegah kemerosotan keturunan mereka (Simmel, 1908/1971c: 154). Oleh karena itu, membantu orang miskin adalah demi masyarakat, bukan demi kaum miskin itu sendiri. Negara memainkan suatu peran kunci di sini, dan, seperti yang dilihat Simmel, penanganan kaum miskin semakin impersonal ketika mekanisme untuk memberikan bantuan menjadi lebih dibirokratisasikan.

Simmel juga mempunyai pandangan yang relativistik atas kemiskinan; yakni, kaum miskin bukan sekedar orang-orang yang berada di bawah masyarakat. Dari sudut pandang itu, kemiskinan ditemukan di semua strata sosial, konsep itu membayangkan terlebih dahulu konsep sosiologis kemudian hari menjadi kekurangan relatif. Jika orang-orang yang merupakan anggota kelas atas mempunyai hak yang kurang dari yang dimiliki orang lain dalam kelasnya, mereka mungkin merasa miskin dibanding dengan orang lain itu. Oleh karena itu, program-program pemerintah yang ditujukan untuk menghapuskan kemiskinan tidak akan berhasil. Meskipun orang-orang yang berada di tingkat paling bawah dinaikkan, banyak orang di seluruh sistem stratifikasi itu akan masih merasa miskin dibandingkan dengan teman setarafnya.


Ket. klik warna biru untuk link

Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.


Download

Baca Juga
1. Georg Simmel. Biografi
2. Georg Simmel. Kebudayaan Objektif
3. Georg Simmel. Bentuk-Bentuk dan Tipe-Tipe Interaksi Sosial
4. Georg Simmel. Geometri Sosial
5. Georg Simmel. Kerahasiaan; Sebuah Geometri Sosial
6. Georg Simmel. The Philosphy of Money
7. Georg Simmel. Level-Level dan Wilayah-Wilayah Perhatian
8. Georg Simmel. Pemikiran Dialektis
9. Georg Simmel. Bentuk-Bentuk Sosial; Superordinasi dan Subordinasi
10. Georg Simmel. Fesyen
11. Georg Simmel. Kebudayaan Individual (Subjektif) dan Kebudayaan Objektif
12. Tokoh-Tokoh yang Mempengaruhi Perkembangan Ilmu Sosiologi
13. Teori-Teori Sosiologi Sesudah Comte: Mazhab Formal
14. Georg Simmel. Lebih-Hidup dan Melampaui-Kehidupan
15. Georg Simmel. Tentang Kesadaran Individual
16. Georg Simmel. Interaksi Sosial (Asosiasi)
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment