Mazhab Psikologi. Psikologi Gestalt

Table of Contents
Mazhab Psikologi Psikologi Gestalt
Psikologi Gestalt
Berbeda dengan behaviorisme Watson bahwa Teori Gestalt menekankan pentingnya proses mental. Dasar dari teori ini ialah bahwa subjek tersebut mereaksi pada keseluruhan kesatuan bermakna (Koffka, 1935: 141). Pandangan Gestalt berasal dari konsep gestalt qualitat atau kualitas bentuk yang diuraikan oleh Christian von Ehrenfels pada tahun 1890. Arti istilah tersebut mengacu kepada kualitas tertentu yang dimiliki suatu soneta atau lukisan yang tidak berupa not, warna, atau kata yang terlepas-lepas (Murphy, 1949). Dengan kata lain, suatu lagu yang dimainkan dalam kunci nada yang lain (not-not lagu satu-satu yang berbeda) akan dipersepsi sebagai lagu yang sama.

Psikologi Gestalt, dimulai dari peristiwa yang kebetulan belaka, yaitu ketika Max Wertheimer dalam perjalanan dengan kereta api meninggalkan Frankfurt mengikuti firasat yang tiba-tiba saja. Ia membeli stroboskop mainan. Stroboskop adalah alat yang menampilkan gambar-gambar sedemikian cepatnya sehingga menciptakan ilusi gerakan, alat ini sangat populer sebelum ditemukannya gambar hidup. Segera Wertheimer membatalkan rencana perjalanan liburannya, ia kembali ke hotel, kemudian ia membawa penelitiannya ke laboratorium (Madsen, 1991:167; Gredler, 1996:46).

Dalam percobaannya di laboratorium, Wertheimer menemukan bahwa dua penayangan cahaya yang diam dan kadang kala dipersepsi sebagai cahaya bergerak. Dengan kata lain, jika cahaya mula-mula ditayangkan melalui suatu celah tegak lurus, kemudian melalui celah miring ke kanan, cahaya tersebut akan terlihat seperti jatuh dari kedudukan pertama ke kedudukan kedua. Sama halnya eksposur dari dua garis berturut-turut secara cepat, jika diletakkan secara seksama, akan terlihat sebagai gerakan. Dari kedua kejadian tersebut terdapat dua stimulus yang disajikan, tetapi tidak terlihat seperti itu.

Dari eksperimen tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi mengenai keseluruhan (gerak) tidak dapat diperoleh dari unsur-unsur yang khusus secara terpisah-pisah. Dalam arti bahwa keseluruhan memiliki sifat yang berbeda dengan sifat unsurnya secara terpisah-pisah. Oleh karena itu, dalam pandangan Gestalt bahwa analisis yang dilakukan kaum behavioris terhadap unsur yang terpisah-pisah menghasilkan distorsi dari fenomena yang diteliti (Gredler, 1996:47).

Terdapat empat hukum yang dikenali Wertheimer (1938) yang mengatur organisasi persepsi orang ketika menghadapi stimulus.
a. Proksimitas, berdekatan atau mendekati. Contohnya, sesuatu benda sering dipersepsi sebagai sesuatu yang berada di dekatnya sehingga dapat dikelompokkan berdasarkan dekatnya.
b. Similaritas atau kesamaan, contohnya sesuatu benda sering dipersepsi berdasarkan ciri-ciri persamaan yang dimilikinya.
c. Arah terbuka, contohnya garis yang terputus-putus dipersepsi sebagai lingkaran yang terbuka
d. Simplisitas (penyederhanaan), contohnya sesuatu garis tertentu lebih suka disederhanakan sebagai bentuk keseluruhan.

Walaupun mulanya psikologi Gestalt berkembang di Jerman atau Eropa, namun akhirnya meluas ke Amerika Serikat sepuluh tahun kemudian setelah kelahirannya. Beberapa tokoh psikologi Gestalt yang mengembangkannya di Amerika tersebut adalah Max Wertheimer, Kurt Koffka, dan Wolfgang Kohler. Di Amerika, psikologi Gestalt walaupun tidak sepesat Behaviorisme, cukup mendapat tempat yang terhormat sebagai cikal bakal psikologi kognitif. Beberapa tokoh psikologi Gestalt di Amerika, contohnya Kurt Lewin, Kurt Goldstein, Fritz Heider, Mary Henle, Solomon Asch, dan Rudolf Arnheim (Madsen, 1991: 171).


Ket. klik warna biru untuk link


Sumber
Supardan, Dadang. 2008. Pengantar Ilmu Sosial; Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Bumi Aksara. Jakarta


Download

Baca Juga
1. Mazhab Psikologi. Psikologi Kognitif
2. Mazhab Psikologi. Psikologi Eksperimental dan Klasik
3. Mazhab Psikologi. Psikologi Psikoanalisis
4. Mazhab Psikologi. Behaviorisme
5. Mazhab Psikologi. Humanistik-Eksistensialisme-Fenomenologis  
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment