Albert Bandura. Teori Kognitif Sosial
Table of Contents
Albert Bandura |
Konsep utama dari teori kognitif sosial adalah proses belajar dengan mengamati. Jika ada seorang model di dalam lingkungan internal individu (misalnya teman, orang tua, kakak) atau dilingkungan publik—seperti artis, olahragawan, ilmuwan, spiritualis, dan sebagainya—maka proses belajar individu akan terjadi dengan cara memerhatikan model tersebut. Terkadang, perilaku seseorang bisa muncul hanya disebabkan oleh proses modeling (meniru model).
Modeling
Modeling atau peniruan merupakan reproduksi perilaku seseorang secara langsung dan mekanis. Sebagai contoh, seorang ibu mengajarkan kepada anaknya cara mengikat sepatu dengan memeragakan berulang kali sehingga si anak bisa melakukannya sendiri. Maka, proses tersebut disebut sebagai modeling.Sebagai tambahan, pada proses peniruan interpersonal, proses modeling juga dapat terlihat pada narasumber yang ditampilkan oleh media. Misalnya, seseorang bisa meniru cara memasak kue dalam sebuah acara kuliner di televisi. Namun demikian, tidak semua narasumber dapat memengaruhi khalayak. Dalam kasus ini, teori kognitif sosial kembali pada konsep dasar tentang rewards and punishment (imbalan dan hukuman) dalam konteks belajar sosial.
Penguatan
Teori kognitif sosial juga mendasarkan proses belajar pada konsep penguatan. Dalam hal ini, proses penguatan bekerja melalui dua efek. Pertama, inhibitory effects. Efek ini terjadi ketika seseorang melihat model yang diberi hukuman karena melakukan perilaku tertentu. Misalnya, penangkapan dan vonis hukuman terhadap seorang artis terkenal karena terlibat dalam pembuatan film porno. Dengan mengamati pengalaman model tersebut, kemungkinan seseorang akan mengikuti perbuatan sang artis terkenal itu akan semakin berkurang.Kedua, disinhibitory effects. Efek ini terjadi ketika seseorang melihat model diberi penghargaan atau imbalan atas suatu perilaku. Misalnya, dalam kontes adu bakat di televisi ditampilkan sekelompok pengamen jalanan yang berhasil memenangkan hadiah ratusan juta rupiah. Kelompok itu juga ditawari menjadi bintang iklan dan bermain dalam sinetron berkat kesuksesan dalam kontes tersebut. Berdasarkan teori kognitif sosial, masyarakat cenderung akan mencoba mengikuti jejak para pengamen jalanan berprestasi tersebut.
Efek-efek yang dikemukakan tidak bergantung pada imbalan dan hukuman. Efek dipengaruhi oleh penguatan atas sesuatu yang dialami orang lain, tetapi dirasakan seseorang sebagai pengalamannya sendiri (vicarious reinforcement). Menurut Bandura, vicarious reinforcement terjadi karena adanya konsep pengharapan hasil (outcome expectations) dan harapan akan hasil (outcome expectancies).
Outcome expectations menunjukkan bahwa ketika seseorang melihat model diberi penghargaan dan hukuman, ia akan berharap mendapatkan hasil yang sama jika melakukan perilaku identik dengan model. Ia akan mengembangkan pengharapannya tentang suatu situasi untuk mendapatkan suatu hasil dari perilakunya sebelum benar-benar mengalami sendiri situasi tersebut.
Selanjutnya, seseorang mengikat nilai dari pengharapan tersebut dalam bentuk outcome expectancies. Harapan-harapan ini mempertimbangkan sejauh mana penguatan tertentu yang diamati itu dipandang sebagai sebuah imbalan atau hukuman. Misalnya, seseorang memang menanggap bahwa perilaku artis yang merekam video porno memang pantas untuk dihukum. Akan tetapi, teori kognitif sosial juga mempertimbangkan kemungkinan perilaku serupa yang dilakukan orang lain dalam video porno justru mendapatkan imbalan, misalnya berupa simpati atau tidak diajukan ke pengadilan karena dianggap sebagai korban. Padahal, saat melakukan adegan porno tersebut, ia dan si artis sama-sama melakukannya secara sadar. Hal ini tentu saja akan memengaruhi sejauh mana proses belajar sosial akan terjadi.
Identifikasi diri
Konsep utama lainnya adalah identifikasi diri (self identification) terhadap model. Teori kognitif sosial menyebutkan jika seseorang merasakan hubungan psikologis yang kuat dengan sang model, proses belajar sosial akan terjadi secara lebih kuat. Identifikasi muncul pada diri seseorang mulai dari ingin meniru hingga berusaha menjadi seperti sang model dengan beberapa kualitas yang lebih baik. Sebagai contoh, seorang anak mengidolakan seorang atlet sepak bola. Ia mungkin akan meniru dengan cara menggunakan kostum sang atlet atau mengonsumsi makanan yang biasa dikonsumsinya.
Self-efficacy
Teori kognitif sosial juga mempertimbangkan pentingnya kemampuan individu sebagai pengamat untuk menampilkan sebuah perilaku khusus sekaligus kepercayaan yang dimilikinya. Kepercayaan ini disebut self-efficacy (efikasi diri). Dalam hal ini, efikasi diri dipandang sebagai sebuah prasyarat kritis dari perubahan perilaku.Contoh efikasi diri adalah tayangan cara pembuatan kue bika di televisi. Teori kognitif sosial menyebutkan bahwa tidak semua orang akan belajar membuat kue bika. Ada sebagian orang yang terbiasa membeli kue bika siap saji dan memiliki keyakinan bahwa membuat kue tersebut sendiri merupakan hal yang sia-sia dan dapat dibeli dengan harga yang tidak mahal. Dalam hal ini, orang tersebut dianggap mempunyai tingkat efikasi diri yang rendah. Akibatnya, ia enggan belajar memasak kue bika dari tayangan televisi.
Ket. klik warna biru untuk link
Sumber
Irawan, Eka Nova. 2015. Pemikiran Tokoh-tokoh Psikologi; dari Klasik sampai Modern. IrcisoD. Yogyakarta
Download
Baca Juga
1. Albert Bandura. Biografi Psikolog
2. Albert Bandura. Teori Agresi
Post a Comment