Jean Piaget. Tingkat Perkembangan Intelektual
Table of Contents
Tingkat Perkembangan Intelektual |
1. Sensori-motor (0-2 th)
2. Pra-operasional (2-7 th)
3. Operasional konkret (7-11 th)
4. Operasi formal (> 11 th)
Usia yang tertulis di belakang setiap tingkat hanya merupakan suatu perkiraan. Semua anak melalui setiap tingkat, tetapi dengan kecepatan yang berbeda. Jadi, mungkin saja seorang anak yang berumur 6 tahun berada pada tingkat operasional konkret, sedangkan ada seorang anak yang berumur 8 tahun masih pada tingkatan pra-operasional dalam cara berpikir. Namun, urutan perkembangan intelektual sama untuk semua anak. Struktur untuk tingkat sebelumnya terintegrasi dan termasuk dan termasuk sebagai bagian dari tingkat-tingkat berikutnya.
1. Tingkat sensori-motor
Tingkat sensori-motor menempati dua tahun pertama dalam kehidupan. Selama periode ini, anak mengatur alamnya dengan indra (sensori) dan tindakannya (motor). Selama periode ini bayi tidak mempunyai konsepsi object permanence. Bila suatu benda disembunyikan, ia gagal untuk menemukannya. Sambil pengalamannya bertambah, sampai mendekati periode ini, bayi menyadari bahwa benda yang disembunyikan itu masih ada, dan ia mulai mencarinya sesudah dilihatnya benda itu disembunyikannya. Konsep-konsep yang tidak ada pada waktu lahir, seperti konsep ruang, waktu, kausalitas, berkembang, dan terinkorporasi ke dalam pola perilaku anak.
2. Tindakan pra-operasional
Tingkat ini ialah antara umur 2 dan 7 tahun. Periode ini disebut pra-operasional karena pada umur ini anak belum mampu melaksanakan operasi mental, seperti yang telah dikemukakan terdahulu, yaitu menambah, mengurangi, dan lain-lain.Tingkat pra-operasional terdiri atas dua subtingkat. Subtingkat pertama antara 2 hingga 4 tahun yang disebut subtingkat pralogis, subtingkat kedua ialah antara 4 hingga 7 tahun yang disebut tingkat berpikir intuitif. Pada subtingkat pralogis, penalaran anak adalah transduktif. Kita mengetahui bahwa deduksi adalah menalar dari umum ke khusus. Jika kita melihat seorang anak, kita mendeduksikan bahwa anak itu baik. Sebaliknya dari deduksi adalah induksi, yaitu mengambil generalisasi dari hal-hal yang khusus. Sebagai contoh jika kita bertemu dengan beberapa anak yang baik, kita simpulkan bahwa semua anak itu baik. Bagaimana penalaran anak pada tingkat pralogis? Menurut Piaget, berpikir anak itu bukan deduksi atau induksi. Mereka bergerak dari khusus ke khusus, tanpa menyentuh pada yang umum. Anak itu melihat suatu hubungan hal-hal tertentu yang sebenarnya tidak ada. Piaget menyebut ini menalar transduktif.
Piaget memberi contoh penalaran transduktif dari anak sendiri. Suatu sore anaknya tidak dapat tidur, anak itu berkata pada Piaget: Saya belum tidur, jadi hari belum sore (Dembo, 1978).
Anak pada tingkat pra-operasional tidak dapat berpikir reversibel. Operasi matematis yang reversibel ditunjukkan oleh 4+8=12 dan 12-8=4. Jadi, kita lihat bahwa reversibilitas ialah kemampuan berpikir kembali pada titik permulaan, menuju pada suatu arah dan mengadakan kompensasi dengan menuju pada arah yang berlawanan. Anak pra-operasional tidak mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang memerlukan berpikir reversibel. Pikiran anak pra-operasional irreversibel.
Ada hal yang perlu kita ketahui tentang anak pra-operasional, yaitu sifat egosentris. Menurut Piaget anak pra-operasional bersifat egosentris, yang berarti anak itu mempunyai kesulitan untuk menerima pendapat orang lain. Sifat egosentris memasuki area bahasa dan komunikasi, bukan personalitas anak. Sifat egosentris ini dapat kita perhatikan waktu anak-anak pra-operasional bermain bersama-sama. Kita akan mendengar pembicaraan egosentris mereka. Kita dapat mendengar anak-anak itu saling berbicara, tanpa sebetulnya mengharapkan saling mendengarkan atau saling menjawab.
Selanjutnya anak pra-operasional lebih memfokuskan diri pada aspek statis tentang suatu peristiwa daripada transformasi dari satu keadaan pada keadaan lain. Sebagai contoh misalnya pada seorang anak pra-operasional diperlihatkan dua buah bola yang sama besar. Kemudian, bola yang satu diubah menjadi bentuk sosis. Lalu ditanyakan pada anak itu: Sama masih? Anak itu menjawab bahwa yang berbentuk sosis lebih besar. Dalam percakapan ini anak itu mempertahankan bentuk malam dan mengabaikan transformasi, yaitu perubahan dari bentuk bulat (bola) ke bentuk sosis.
3. Tingkat operasional konkret
Periode operasional konkret adalah antara umur 7-11 tahun. Tingkat ini merupakan permulaan berpikir rasional. Ini berarti anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah konkret. Bila menghadapi suatu pertentangan antara pikiran dan persepsi, anak dalam periode operasional konkret memilih mengambil keputusan logis, dan bukan keputusan perseptual seperti anak pra-operasional. Operasi-operasi dalam periode ini terkait pada pengalaman perorangan. Operasi-operasi itu konkret, bukan operasi formal. Anak belum dapat berurusan dengan materi abstrak, seperti hipotesis dan proposisi verbal.Berikut ini akan diberikan satu set operasi penting. Kombinativitas atau klasifikasi ialah suatu operasi yang menggabungkan dua atau lebih kelas menjadi kelompok yang lebih besar: semua anak laki-laki + semua anak perempuan=semua anak. Hubungan seperti A>B dan B>C dapat digabungkan menjadi hubungan baru A>C. Untuk pertama kalinya anak dapat membentuk berbagai hubungan-hubungan kelas dan bahwa beberapa kelas dapat dimasukkan ke dalam kelas-kelas yang lain.
Reversibilitas merupakan kriteria utama dalam berpikir operasional dalam sistem Piaget. Ini berarti bahwa setiap operasi logis atau matematis dapat ditiadakan dengan operasi yang berlawanan. Semua anak – Semua anak perempuan=Semua anak laki-laki; atau 7+3=10 dan 10-7=7.
Asosiasivitas merupakan operasi yang menggabungkan kelas-kelas dalam urutan apa saja: (1+3)+5=1+(3+5). Dalam penalaran operasi itu mengizinkan anak sampai pada jawaban melalui banyak cara.
Identitas ialah operasi di mana terdapat suatu unsur nol yang bila digabungkan dengan unsur atau kelas apa pun, tidak menghasilkan perubahan: 10+0=10. Demikian pula suatu kuantitas dapat dinolkan dengan menggabungkan lawannya: 10-10=0 atau jika saya berjalan ke Timur 3 km dan ke Barat 3 km, saya akan berakhir di tempat saya mulai (berangkat).
Tidak berarti bahwa anak-anak pada tingkat operasional konkret lebih pandai daripada anak-anak prasekolah, tetapi mereka memperoleh kemampuan tertentu untuk memecahkan masalah yang sebelumnya belum dapat mereka pecahkan dengan benar. Berpikir operasional konkret lebih stabil bila dibandingkan dengan berpikir yang impresionalistis dan statis yang terdapat pada anak-anak pra-operasional.
Anak dalam periode ini dapat menyusun satu seri objek dalam urutan, misalnya mainan-mainan kayu atau lidi, sesuai dengan ukuran benda-benda itu. Piaget menyebut operasi ini seriasi. Akan tetapi, anak hanya akan dapat melakukan ini selama masalahnya konkret. Baru pada tingkat adolesensi masalah semacam ini dapat diterapkan secara mental dengan menggunakan proposisi verbal.
Selama periode ini bahasa juga berubah. Anak-anak menjadi kurang egosentris dan lebih sosiosentris dalam berkomunikasi. Mereka berusaha untuk mengerti orang lain dan mengemukakan perasaan dan gagasan-gagasan mereka pada orang dewasa dan teman-teman. Proses berpikir pun menjadi kurang egosentris dan mereka sekarang dapat menerima pendapat orang lain.
4. Tingkat operasional formal
Pada umur kira-kira 11 tahun, timbul periode operasi baru. Pada periode ini anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi yang lebih kompleks.Kemajuan utama pada anak selama periode ini ialah ia tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda atau peristiwa konkret; ia mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak.
Sudah dikemukakan terdahulu bahwa anak pada periode operasional konkret dapat mengurutkan benda-benda menurut ukurannya. Akan tetapi, baru waktu ia mencapai periode operasional formal ia dapat memecahkan masalah verbal yang serupa. Ani lebih putih daripada Siti. Ani lebih hitam daripada Lili. Siapakah yang terhitam dari ketiga anak itu?
Flavell (1963) mengemukakan beberapa karakteristik berpikir operasional formal. Pertama, berpikir adolensensi ialah hipotesis-deduktif. Ia dapat merumuskan banyak alternatif hipotesis dalam menanggapi masalah dan mengecek data terhadap setiap hipotesis untuk membuat keputusan yang layak. Namun, ia belum mempunyai kemampuan untuk menerima atau menolak hipotesis.
Kedua, periode ini ditandai oleh berpikir proposisional. Dalam berpikir, seorang anak operasional formal tidak dibatasi pada benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang konkret; ia dapat menangani pernyataan atau proposisi yang memberikan data konkret ini. Ia bahkan dapat menangani proposisi yang berlawanan dengan fakta. Jika seorang anak dalam periode-periode yang lain diminta untuk pura-pura menjadi Presiden Republik Indonesia, kemudian ditanyakan tentang suatu situasi hipotesis yang mungkin dialaminya sebagai presiden, anak itu kemungkinan besar menjawab: Namun, aku bukan Presiden Republik Indonesia. Seorang remaja tidak menemui kesulitan dengan proposisi-proposisi yang berlawanan dengan fakta itu, dan menalar dari proposisi-proposisi itu.
Ketiga, seorang remaja berpikir kombinatorial, yaitu berpikir meliputi semua kombinasi benda, gagasan, atau proposisi yang mungkin. Keempat, anak operasional formal berpikir reflektif. Anak-anak dalam periode ini berpikir sebagai orang dewasa. Ia dapat berpikir kembali pada satu seri operasional mental. Dengan perkataan lain, ia dapat berpikir tentang berpikirnya. Ia dapat juga menyatakan operasi mentalnya melalui simbol-simbol.
Ket. klik warna biru untuk link
Sumber
Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Erlangga. Jakarta
Download
Baca Juga
1. Jean Piaget. Biografi Psikolog
2. Jean Piaget. Teori Perkembangan Kognitif
3. Jean Piaget. Perkembangan Kognitif
4. Jean Piaget. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif
5. Jean Piaget. Tahap Pemikiran Pra-Operasional
6. Jean Piaget. Tahap Operasi Berpikir Konkret
7. Jean Piaget. Tahap Operasi Berpikir Formal
8. Empirisme, Rasionalisme, dan Teori Jean Piaget
9. Jean Piaget. Perkembangan Intelektual
10. Jean Piaget. Faktor-faktor yang Menunjang Perkembangan Intelektual
11. Jean Piaget. Pengetahuan Fisik, Logika-Matematika, dan Sosial
Post a Comment