Perkembangan Siklus Belajar Lawson
Table of Contents
Perkembangan Siklus Belajar Lawson |
1. Miskonsepsi dan pola penalaran
Dalam penelitian tentang miskonsepsi, digunakan penalaran kombinasional, penalaran mengendalikan variabel, penalaran probabilistik, dan penalaran korelasional secara hipotesis-deduktif logis. Diajukan hipotesis bahwa para siswa yang telah memiliki pola-pola penalaran ini diharapkan mempunyai lebih sedikit miskonsepsi daripada mereka yang tidak memilikinya. Penelitian oleh Lawson dan Thompson (1986) menemukan bahwa dugaan itu memang benar. Kesimpulan yang diambil ialah: Para siswa yang telah memiliki pola penalaran tingkat tinggi mempunyai lebih sedikit miskonsepsi karena pola penalaran itu dibutuhkan untuk mengatasi miskonsepsi sebelumnya.
2. Proses perubahan konseptual
Lawson menyimpulkan bahwa mengajarkan konsep-konsep ilmiah menghendaki bukan hanya memperkenalkan secara verbal pada para siswa istilah-istilah yang mewakili konsep itu, tetapi juga lebih baik para siswa sekali-kali harus menghilangkan miskonsepsi-miskonsepsi sebelumnya. Belajar yang mengajak siswa untuk membuang miskonsepsi dan menggantinya dengan konsepsi ilmiah yang berlaku disebut pembelajaran perubahan konseptual dan ternyata keberhasilan bergantung pada pola-pola penalaran para siswa.Timbul pertanyaan, bagaimana terjadi perubahan atau penghilangan miskonsepsi selama proses belajar? Pertanyaan ini sulit untuk dijawab sebab proses itu terjadi dalam kepala siswa dan kerap kali dalam tingkat di bawah kesadaran dan hal itu tidak hanya tersembunyi dari peneliti, tetapi ada juga tersembunyi dari siswa itu sendiri.
Akhirnya disimpulkan bahwa proses penghilangan atau pembuangan miskonsepsi dan penggantiannya dengan alternatif-alternatif yang lebih kompleks dan berlaku ternyata melibatkan proses mental ekuilibrasi. Menurut teori psikologi, pola penalaran tingkat tinggi berkembang selama proses ekuilibrasi ini. Pertanyaan selanjutnya muncul, yaitu bagaimana pola-pola penalaran itu berkembang? Kemungkinan hal itu terjadi melalui proses abstraksi yang menyangkut timbulnya kesadaran dari bentuk atau pola dari hal yang diabstraksi.
Namun, dalam hal ini apakah itu yang diabstraksi? Jawabannya ialah bentuk-bentuk argumentasi. Bila orang terlibat dalam pertukaran pendapat-pendapat yang berlawanan, sebab-sebab dan kenyataan secara aktif dicari untuk memecahkan pendapat yang berlawanan itu. Tentunya ini merupakan aktivitas argumentasi dan hal ini menyediakan bahan mentah untuk abstraksi bentuk-bentuk argumentasi (yaitu pola penalaran) dari konteks yang meliputi argumen-argumen tertentu itu. Seorang yang terampil dalam argumentasi terampil pula dalam menalar. Oleh karena itu, bila kita ingin menolong siswa untuk menjadi pemikir atau penalar yang lebih baik, anjurkan mereka untuk berargumentasi dan bertindak terhadap ketidaktepatan argumen-argumen mereka (Lawson dan Karl, 1985).
Ket. klik warna biru untuk link
Sumber
Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Erlangga. Jakarta
Download
Baca Juga
1. Teori Pembelajaran Lawson
2. Pembelajaran dan Siklus Belajar Lawson
3. Tiga Macam Siklus Belajar Lawson
Post a Comment