Pengertian Partikular dan Sikap Partikularisme

Table of Contents
Pengertian Partikular dan Sikap Partikularisme
Partikularisme

A. Partikular

Partikularisme berasal dari kata partikular yang artinya bagian. Partikular adalah bagian yang bersifat pribadi, tertentu atau istimewa maka dianggap lain dari yang lain. Partikular berlawanan dengan sikap universal sehingga partikular dapat digambarkan dengan pengelompokan. Ada beberapa pendapat tentang pengertian partikular, di antaranya:
1) Peter Salim, kata partikular dalam bentuk kata sifat ialah pribadi, individu, tertentu, khusus, luar biasa, istimewa, pemilih, dan sangat hati-hati. Partikular biasanya dipakai untuk suatu hal atau kualitas tertentu yang dianggap lain dari yang lain.
2) Vivian Ridler, partikular ialah milik, bagian, bukan universal. Dalam bidang matematika, partikular ialah nomor khusus, masing-masing komponen atau faktor dari nomor.
3) James W. Fowler, yang partikular itu merupakan  sesuatu yang terikat dalam waktu, bersifat konkret dan lokal.
4) Ali Mudhofir, partikular ialah istilah yang pada umumnya digunakan untuk menunjukkan sifat sebagian yang dilawankan dengan sifat universal. Tetapi partikular kadang-kadang digunakan searti dengan perorangan (individual).
5) Lorens Bagus, pengertian partikular  ialah, 1) anggota individual dari suatu kelompok yang kontras dengan ciri-ciri  yang melukiskan anggota-anggota kelompok itu. 2) beberapa yang bertentangan dengan semua. 3) dalam metafisika, suatu kesatuan individual yang ada, yang saling berhubungan  dengan kesatuan-kesatuan lainnya.
6) P. F. Strawson, terdapat perbedaan antara partikular dan individualis. Ia mengatakan tidak semuanya yang individual  merupakan partikular, tetapi semua partikular ialah individual.

B. Partikularisme

Partikularisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai, 1) sistem yang mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan umum; 2) aliran politik, ekonomi, kebudayaan yang mementingkan daerah atau kelompok khusus; sukuisme. Partikularisme adalah sistem yang mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan umum. Di tingkat budaya, menurut Kenneth C. Laudon dan Jane P. Laudon, partikularisme (particularism), adalah  penilaian dan tindakan berdasarkan yang sempit atau berdasarkan karakteristik pribadi, dalam bentuk apa pun (agama, kebangsaan, etnis, regionalisme, posisi geopolitik) yang menolak konsep dasar dari suatu kultur global bersama dan menolak dimasukinya pasar domestik oleh barang dan jasa asing. Perbedaan dalam beberapa kebudayaan menghasilkan perbedaan dalam ekspektasi sosial, politik, dan pada akhirnya aturan hukumnya, partikularisme membuat pendapat dan melakukan kegiatan berdasarkan batasan atau karakteristik personal dalam segala bentuk (agama, bangsa, suku, kedaerahan, letak geografis).

Di dalam Kamus Bisnis dikatakan  bahwa partikularisme (particularism) adalah sebuah perspektif budaya yang berorientasi dan menggunakan berbagai standar evaluatif yang didasarkan pada hubungan dan situasi. Oleh karena itu, partikularisme dapat dikatakan sebuah paham yang menyatakan penilaian dan tindakan berdasarkan pribadi, menolak konsep dasar bersama dan yang menggunakan evaluasi berdasarkan hubungan dan situasi sehingga dapat dikatakan suatu sistem yang mengutamakan kepentingan  pribadi di atas kepentingan umum.Dalam paham partikularisme terdapat dimensi sikap di mana hubungan antarkelompok sering muncul sikap atau perilaku yang berbeda. Apabila kondisi tersebut tidak diimbangi dengan sikap saling menghargai antarindividu dengan kelompok maka kehidupan masyarakat dalam kondisi yang tidak stabil, dikarenakan sikap partikularisme cenderung mendorong suatu pandangan yang subjektif dan tidak objektif. Sikap dan pandang partikularisme ini, secara sosiologis memiliki kecenderungan memicu konflik di tengah-tengah masyarakat  yang majemuk dan heterogen. Dengannya, sikap partikularisme juga dapat menghambat proses integrasi sosial dan nasional. Contoh partikularisme dalam kehidupan sehari-hari adalah seorang pemimpin di suatu perusahaan konstruksi hanya mempekerjakan buruh yang berasal dari kampungnya sendiri. 


Dari berbagai sumber

Ket. klik warna biru untuk link

Download

Lihat Juga 
1. Publik dan pendapat publik
2. Massa
3. Crowding (kerumunan massa)
4. Perilaku kerumunan
5. Perilaku kolektif
6. Tipe-tipe kelompok sosial
 
7. Paguyuban (gemeinschaft) dan patembayan (gesellschaft)
8. Membership gorup dan reference group
 
9. Kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur
10. Kelompok-kelompok kecil (small group)
11. Kelompok primer (primary group) dan kelompok sekunder (secondary group)
12. Kelompok okupasional dan volunter
13. In-group dan out-group
14. Etnosentrisme
15. Dinamika kelompok sosial
16. Dinamika hubungan antarkelompok
17. Manusia sebagai kelompok
18. Manusia dan kehidupan kelompok

19. Kelompok Formal (Formal Group) dan Kelompok Informal (Informal Group) 
20. Kelompok Sosial dengan Solidaritas Mekanis dan Solidaritas Organis
21. Pengertian Kolektif, Kesadaran Kolektif, Kolektivisme dan Istilah Kolektif lainnya
22. Pengertian Kategori Sosial dan Golongan Sosial 
23. Pengertian Perilaku, Bentuk, Faktor, Proses dan Pola
24. Pengertian Pembagian Kerja, Fungsi dan Sejarahnya
25. Pengertian Adat Istiadat, Kriteria, Macam, dan Bentuknya 
26. Pengertian Eksklusivisme Sosial
27. Pengertian Pluralisme, Sejarah, Tokoh, Macam, Dampak dan Manfaatnya 
28. Pengertian Paternalisme dan Jenisnya
29. Dominasi
30. Pengertian Akulturasi, Proses, Bentuk, Faktor, Dampak dan Wujudnya
31. Pengertian Asimilasi, Syarat, Ciri, Faktor, dan Jenisnya
32. Pengertian Genosida, Bentuk dan Contohnya
33. Pengertian Agresif dan Perilaku Agresif

Materi Sosiologi SMA
1. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 1.1 Kelompok Sosial di Masyarakat (Kurikulum Revisi 2016) 
2. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 1.2 Kelompok Sosial di Masyarakat (Kurikulum Revisi 2016)
3. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 1.3 Kelompok Sosial di Masyarakat (Kurikulum Revisi 2016)
4. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 1. Kelompok Sosial di Masyarakat (Kurikulum 2013)
5. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 5. Kelompok Sosial di Masyarakat (KTSP)
6. Materi Ujian Nasional Kompetensi Kelompok Sosial
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment