Materi Sosiologi SMA Kelas XII Bab 1: Perubahan Sosial dan Dampaknya terhadap Kehidupan Masyarakat (Kurikulum Merdeka)

Table of Contents

Perubahan Sosial dan Dampaknya

Tujuan Pembelajaran

1. Peserta didik diharapkan mampu menjelaskan konsep perubahan sosial.
2. Peserta didik diharapkan mampu membedakan bentuk-bentuk perubahan sosial dan contohnya.
3. Peserta didik diharapkan mampu menguraikan dampak perubahan sosial terhadap kehidupan masyarakat.
4. Peserta didik diharapkan mampu menyusun laporan penelitian tentang fenomena perubahan sosial di lingkungan sekitar.
5. Peserta didik diharapkan mampu mempraktikkan sikap kritis menghadapi perubahan sosial di lingkungan sekitar.

A. Hakikat Perubahan Sosial

Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan. Pada dasarnya, perubahan merupakan proses modifikasi struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat disebut perubahan sosial, yaitu gejala umum yang terjadi sepanjang masa pada setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.

Albert O. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia merupakan penyebab dari perubahan. Manusia selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. la selalu mencari sesuatu yang baru, serta cara mengubah suatu keadaan agar lebih baik. Manusia merupakan makhluk yang selalu ingin berubah, aktif, kreatif, inovatif, agresif, selalu berkembang, dan responsif terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat.

Perbedaan perubahan antara masyarakat yang satu dan yang lain atau antara kurun waktu yang satu dan kurun waktu lainnya terletak pada tingkat kecepatan perubahan tersebut. Perubahan yang terjadi di masyarakat meliputi perubahan norma-norma sosial, pola-pola sosial, interaksi sosial, pola perilaku, organisasi sosial, lembaga kemasyarakatan, lapisan- lapisan masyarakat, serta susunan kekuasaan dan wewenang.

1. Pandangan Para Tokoh tentang Perubahan Sosial
Perubahan sosial memiliki makna yang luas dan mencakup berbagai segi kehidupan, seperti ekonomi, sosial, dan politik. Oleh karena itu, perubahan sosial budaya yang terjadi dalam suatu masyarakat menyangkut perubahan nilai, pola perilaku, organisasi sosial, pelapisan sosial, kekuasaan, serta segi kemasyarakatan lainnya. Berikut adalah beberapa pandangan para tokoh tentang perubahan sosial.
a. Selo Soemardjan (dalam Soekanto, 2015) menyatakan bahwa perubahan sosial adalah perubahan pada lembaga- lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai, sikap, dan perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
b. Kingsley Davis (dalam Soekanto, 2015) menyatakan bahwa perubahan-perubahan sosial adalah perubahan- perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dan majikan. Demikian pula dalam organisasi politik maupun organisasi ekonomi.
c. George Ritzer (2012) menyatakan bahwa perubahan sosial mengacu pada variasi-variasi hubungan antarindividu, kelompok, organisasi, kultur, dan masyarakat pada waktu tertentu.
d. John Lewis Gillin dan John Philip Gillin (dalam Soekanto, 2015) melihat perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
e. Samuel Koenig (1957) menyatakan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi ini bisa terjadi karena faktor-faktor intern ataupun ekstern.
f. Robert Maclver (dalam Soekanto, 2015) melihat perubahan sosial sebagai perubahan dalam hubungan sosial (social relationship) atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.
g. William F. Ogburn (dalam Soekanto, 2015) menyatakan bahwa perubahan sosial menekankan pada kondisi teknologis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial, seperti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat berpengaruh terhadap pola berpikir masyarakat.

Perubahan sosial dapat pula berupa kemajuan (progress) atau kemunduran (regress). Dalam rupa kemajuan, perubahan yang terjadi dalam masyarakat mampu menciptakan kemudahan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan di sini dapat diartikan sebagai proses pembangunan masyarakat ke arah yang lebih baik.

Dalam rupa kemunduran, perubahan yang terjadi dalam masyarakat pada aspek tertentu membawa pengaruh yang kurang menguntungkan. Misalnya, penggunaan tenaga mesin di perdesaan cenderung mengakibatkan nilai kegotong- royongan masyarakatnya menjadi luntur, bahkan hilang. Contoh lain, penemuan nuklir yang dapat dipergunakan sebagai penunjang kemajuan di bidang pertahanan, juga dapat dipergunakan sebagai senjata pemusnah massa.

2. Karakteristik Perubahan Sosial
Perubahan sosial tidak terlepas dari perubahan kebudayaan. Kingsley Davis mengatakan bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya, yaitu kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, bahkan perubahan dalam bentuk serta aturan organisasi sosial.

Perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama, yaitu berhubungan dengan suatu penerimaan cara- cara baru atau perbaikan dalam cara masyarakat memenuhi kebutuhannya. Mengapa perubahan sosial melekat pada masyarakat dengan kebudayaannya? Hal tersebut terjadi karena alasan- alasan berikut.
a. Menghadapi masalah-masalah baru
b. Ketergantungan pada hubungan antarwarga pewaris kebudayaan
c. Lingkungan yang berubah

Secara umum, kecenderungan masyarakat untuk berubah sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut.
a. Rasa tidak puas terhadap keadaan dan situasi yang ada.
b. Timbulnya keinginan untuk mengadakan perbaikan.
c. Kesadaran akan adanya kekurangan dalam kebudayaan sendiri sehingga berusaha untuk mengadakan perbaikan.
d. Adanya usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri terhadap keperluan, keadaan, dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
e. Banyaknya kesulitan yang dihadapi sehingga manusia berusaha untuk dapat mengatasinya.
f. Sikap terbuka dari masyarakat terhadap hal-hal baru, baik yang datang dari dalam maupun dari luar masyarakat.
g. Tingkat kebutuhan masyarakat yang makin kompleks dan adanya keinginan untuk meningkatkan taraf hidup.
h. Sistem pendidikan yang memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia untuk meraih masa depan yang lebih baik.

Di lain pihak, masyarakat pun memiliki kecenderungan untuk mempertahankan nilai-nilai lama. Kecenderungan tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut.
a. Adanya unsur yang mempunyai fungsi tertentu dan sudah diterima oleh masyarakat secara luas.
b. Adanya unsur-unsur yang diperoleh melalui proses sosialisasi sejak kecil
c. Adanya unsur yang menyangkut agama dan religi yang dianut masyarakat
d. Adanya unsur-unsur yang menyangkut ideologi dan filsafat hidup bangsa.

Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa perubahan sosial memiliki beberapa karakteristik, antara lain sebagai berikut.
a. Tidak ada masyarakat yang berhenti berkembang karena setiap masyarakat mengalami perubahan, baik lambat ataupun cepat.
b. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu diikuti pula oleh perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya yang berada dalam satu mata rantai.
c. Perubahan yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi yang bersifat sementara karena ada proses penyesuaian diri. Disorganisasi akan diikuti oleh reorganisasi yang mencakup pemantapan kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang baru.
d. Perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual saja karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik yang sangat kuat.
e. Dalam menghadapi perubahan, hal yang paling penting adalah cara seseorang menghadapi perubahan tersebut sehingga tidak menjadi korban, tetapi penentu perubahan.

3. Faktor Penyebab Perubahan Sosial
Secara garis besar, sumber penyebab perubahan berasal dari dalam (internal) masyarakat itu sendiri dan dari luar (eksternal) masyarakat.
a. Faktor Internal
Perubahan sosial dapat terjadi karena faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri. Faktor-faktor tersebut, antara lain sebagai berikut.
1) Bertambah atau berkurangnya penduduk
2) Penemuan-penemuan baru
Penemuan baru dibedakan atas diskoveri (discovery) dan invensi (invention). Diskoveri adalah penemuan unsur kebudayaan baru, baik berupa alat ataupun gagasan. Invensi adalah proses menghasilkan suatu unsur kebudayaan baru dengan mengombinasi atau menyusun kembali unsur- unsur kebudayaan lama dalam masyarakat. Diskoveri dapat menjadi invensi jika masyarakat mengakui, menerima, dan bahkan menerapkan penemuan tersebut. Sering kali proses diskoveri sampai ke invensi membutuhkan suatu rangkaian penciptaan.

Baca Juga: Definisi, Discovery, Invention, dan Innovation serta Contohnya

Ada beberapa faktor pendorong bagi individu perihal penemuan-penemuan baru, yaitu sebagai berikut.
a) Kesadaran individu-individu akan kekurangan dalam kebudayaannya.
b) Kualitas para ahli dalam suatu kebudayaan.
c) Perangsang aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat.

Penemuan baru umumnya menimbulkan beragam pengaruh pada masyarakat, antara lain sebagai berikut.
a) Penemuan baru akan memengaruhi bidang-bidang lain. Jika diibaratkan seperti radio, penemuan baru akan memancarkan pengaruhnya ke berbagai arah dan menyebabkan perubahan-perubahan lembaga- lembaga kemasyarakatan dan adat istiadat. Pengaruh tersebut dapat digambarkan:

Penemuan Baru dengan Pola Memancar
b) Penemuan baru mengakibatkan perubahan-perubahan yang menjalar dari satu lembaga kemasyarakatan ke lembaga kemasyarakatan lainnya. Misalnya, penemuan pesawat terbang berpengaruh besar terhadap metode berperang yang kemudian memperdalam perbedaan antara negara-negara adidaya (superpower) dan negara-negara lainnya. Pengaruh tersebut dapat digambarkan:
Penemuan Baru dengan Pola Menjalar
c) Beberapa penemuan baru dapat mengakibatkan satu jenis perubahan. Misalnya, penemuan mobil, kereta api, dan telepon menyebabkan tumbuhnya lebih banyak pusat-pusat kehidupan di daerah pinggiran kota yang dinamakan suburban. Pengaruh tersebut dapat digambarkan:
Penemuan Baru dengan Pola Memusat
Penemuan-penemuan baru tidak hanya terjadi pada unsur kebudayaan jasmaniah (materiel) saja, tetapi juga pada unsur kebudayaan rohaniah (imateriel), misalnya, sistem hukum dan aliran kepercayaan. William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff menyebut penemuan-penemuan baru tersebut social invention, yaitu penciptaan pengelompokan individu, adat istiadat, dan perilaku baru.

3) Pertentangan di dalam masyarakat (konflik sosial)
4) Terjadinya revolusi atau pemberontakan

b. Faktor Eksternal
Penyebab perubahan yang berasal dari luar masyarakat, antara lain sebagai berikut.
1) Lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia.
2) Peperangan
3) Pengaruh kebudayaan masyarakat lain

4. Faktor-Faktor Pendorong Perubahan Sosial
Perubahan sosial tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang menjadi pendorong terjadinya perubahan.
a. Kontak dengan kebudayaan lain
Penyebaran kebudayaan atau pengaruh dari satu pihak kepada pihak lain disebut difusi. Menurut Soerjono Soekanto (2015), ada dua tipe difusi, yaitu difusi intramasyarakat dan difusi antarmasyarakat.
1) Difusi intramasyarakat, yaitu penyebaran kebudayaan yang terjadi di dalam masyarakat itu sendiri. Faktor-faktor yang memengaruhi difusi intramasyarakat adalah sebagai berikut.
a) Unsur baru mempunyai nilai kegunaan.
b) Pemerintah dapat ikut andil dalam proses difusi.
c) Kedudukan dan peranan dalam masyarakat akan menentukan diterima atau ditolaknya hasil penemuannya.
d) Jika unsur baru berlawanan dengan unsur lama, kemungkinan besar tidak akan diterima.
e) Diterima atau ditolaknya unsur baru bergantung pada ada tidaknya unsur lama yang mendukung.

2) Difusi antarmasyarakat, yaitu penyebaran kebudayaan yang terjadi antara dua masyarakat atau lebih. Faktor- faktor yang memengaruhi difusi antarmasyarakat adalah sebagai berikut.
a) Terjadinya kontak antarmasyarakat.
b) Bisa dilakukan dengan cara paksaan.
c) Memerlukan demonstrasi agar ada pengakuan akan manfaat penemuan baru tersebut.
d) Ada tidaknya unsur lama yang menyaingi penemuan baru.
e) Peranan masyarakat untuk menyebarkan penemuan baru.

Masuknya pengaruh suatu kebudayaan terhadap kebudayaan lain dapat pula dilakukan dengan penetrasi (penembusan).
1) Penetrasi damai (penetration pasifique)
Artinya, masuknya sebuah kebudayaan yang dilakukan dengan jalan damai. Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan hal-hal berikut.
a) Akulturasi, yaitu perpaduan dua kebudayaan yang menghasilkan suatu bentuk kebudayaan baru dengan tidak menghilangkan unsur aslinya.
b) Asimilasi, yaitu bercampurnya dua kebudayaan yang menghasilkan kebudayaan baru.
c) Sintesis, yaitu percampuran dua kebudayaan yang menghasilkan kebudayaan baru yang berbeda dari keduanya.

2) Penetrasi paksa (penetration violente)
Artinya, masuknya sebuah kebudayaan dilakukan secara paksa dan merusak.

b. Sistem pendidikan formal yang maju
c. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju
d. Toleransi
e. Sistem lapisan masyarakat yang terbuka
f. Penduduk yang heterogen
g. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
h. Orientasi ke masa depan
i. Adanya nilai bahwa manusia harus berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya

5. Faktor-Faktor Penghambat Perubahan Sosial
Beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan sosial di dalam masyarakat, antara lain sebagai berikut.
a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain sehingga suatu masyarakat tidak mengetahui perkembangan yang terjadi pada masyarakat lain yang dapat memperkaya kebudayaan masyarakat tersebut.
b. Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat akibat kehidupan masyarakat yang tertutup.
c. Sikap masyarakat yang masih mengagungkan tradisi masa lampau dan cenderung konservatif.
d. Adanya kepentingan yang sudah tertanam kuat (vested interest). Orang selalu mengidentifikasi diri dengan usaha dan jasa-jasanya.
e. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan. Masyarakat khawatir ada unsur-unsur dari luar yang dapat menggoyahkan integrasi dan menimbulkan perubahan pada aspek-aspek tertentu di dalam masyarakat.
f. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup, terutama yang datang dari budaya Barat. Pengalaman selama masa penjajahan, misalnya, dapat menimbulkan sikap penuh curiga dan khawatir terhadap datangnya unsur-unsur baru.
g. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis. Setiap usaha perubahan pada unsur-unsur rohaniah biasanya diartikan sebagai usaha yang berlawanan dengan ideologi masyarakat yang sudah menjadi dasar integrasi kehidupan masyarakat tersebut.
h. Kebiasaan tertentu dalam masyarakat yang cenderung sukar diubah karena sudah mendarah daging.
i. Nilai bahwa hidup pada hakikatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki.

B. Teori dan Bentuk Perubahan Sosial

Teori dan Bentuk Perubahan Sosial
Dalam mempelajari perubahan sosial, kita perlu mengetahui teori-teori yang mendasarinya. Berdasarkan teori-teori tersebut, perubahan sosial dapat dibedakan atas beberapa bentuk.
1. Teori-Teori Perubahan Sosial
Salah satu cara untuk memahami perubahan sosial lebih mendalam adalah dengan mempelajari teori-teori mengenai perubahan sosial. Teori-teori tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Teori Fungsionalisme
Teori fungsionalisme dalam perubahan sosial berkaitan dengan sistem sosial, yakni saat perubahan pada satu bagian akan memicu terjadinya perubahan pada bagian yang lain. Konsep perubahan sosial menurut Talcott Parsons bersifat perlahan atau evolusioner serta melalui tahap penyesuaian agar kembali menciptakan keseimbangan.

Talcott Parsons mengembangkan teori fungsionalisme dengan mengemukakan empat fungsi tindakan yang dikenal dengan skema AGIL sebagai prasyarat yang harus diterapkan oleh kelompok, masyarakat, maupun organisasi (Prasetya, dkk., 2021).
1) Adaptasi (adaptation), yaitu sebuah sistem harus mengatasi dan menanggulangi situasi eksternal yang berbahaya. Ketika sebuah sistem berhadapan dengan situasi eksternal yang penuh dengan gejolak, sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan apa pun yang disebabkan oleh situasi tersebut.
2) Pencapaian tujuan (goal attainment), yaitu sebuah sistem harus dapat menentukan suatu tujuan yang akan dicapai bersama dan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut.
3) Integrasi (integration), yaitu sebuah sistem harus mampu mengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya.
4) Latensi atau pemeliharaan pola (latency), yaitu suatu sistem harus saling melengkapi, memelihara, dan memperbaiki, baik secara individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang suatu tindakan.

b. Teori Konflik
Perubahan sosial dan konflik sosial merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap masyarakat. Karl Marx berpendapat bahwa tanpa adanya konflik, tidak akan terjadi kemajuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa perubahan sosial tidak akan terjadi tanpa adanya konflik sosial. Seperti halnya Marx, Ralf Dahrendorf juga mengatakan bahwa "makin intens konflik yang terjadi, makin besar pula tingkat perubahan struktur dan reorganisasi" (Turner, 1998 dalam Kinseng, 2021).

Baca Juga: Teori Konflik Sosial

c. Teori Siklus
Teori siklus melihat perubahan sebagai sesuatu yang berulang-ulang. Suatu hal yang terjadi sekarang pada dasarnya memiliki kesamaan atau kemiripan dengan hal yang telah terjadi sebelumnya.

Teori Siklus Perubahan Sosial
Oswald Spengler (1880-1936) (dalam Sunarto, 2004), seorang ahli filsafat Jerman, berpandangan bahwa setiap peradaban besar mengalami proses kelahiran, pertumbuhan, dan keruntuhan. Proses perputaran itu memakan waktu sekitar seribu tahun.

Adapun, Pitirim A. Sorokin, seorang sosiolog Rusia, berpandangan bahwa semua peradaban besar berada dalam siklus tiga sistem kebudayaan yang berputar tanpa akhir. Ketiga sistem kebudayaan tersebut adalah sebagai berikut.
1) Kebudayaan ideasional (ideational culture), yaitu kebudayaan yang didasari oleh nilai perasaan dan kepercayaan terhadap unsur adikodrati (supernatural).
2) Kebudayaan idealistis (idealistic culture), yaitu kebudayaan yang berisi kepercayaan terhadap unsur adikodrati dan rasionalitas berdasarkan fakta yang kemudian saling bergabung dalam menciptakan masyarakat yang ideal.
3) Kebudayaan indrawi (sensational culture). Dalam kebudayaan ini, hal yang dapat dilihat merupakan tolok ukur dari kenyataan dan tujuan hidup.

d. Teori Perkembangan
Penganut teori ini percaya bahwa perubahan dapat diarahkan ke titik tujuan tertentu, seperti perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern yang kompleks. Pola perubahan ini dapat digambarkan:
Teori Perkembangan Perubahan Sosial
Teori ini dilihat dari sudut pandang masyarakat modern dan dikenal dengan teori perkembangan atau linier. Teori perkembangan dibagi menjadi dua, yaitu teori evolusi dan teori revolusi. Penganut teori evolusi berpandangan bahwa masyarakat secara bertahap berkembang dari primitif dan tradisional menuju masyarakat modern yang kompleks dan maju. Tokoh teori ini adalah Auguste Comte yang melihat bahwa masyarakat bergerak dalam tiga tahap perkembangan, yaitu sebagai berikut (Sunarto, 2004).
1) Tahap teologis (theological stage). Pada tahap ini, masyarakat diarahkan oleh nilai-nilai adikodrati (supernatural).
2) Tahap metafisik (metaphysical stage) merupakan tahap peralihan dari kepercayaan terhadap unsur supernatural menuju prinsip-prinsip abstrak yang berperan sebagai dasar perkembangan budaya.
3) Tahap positif atau alamiah (positive stage). Pada tahap ini, masyarakat diarahkan oleh kenyataan yang didukung oleh prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.

Herbert Spencer, seorang sosiolog dari Inggris, berpendapat bahwa setiap masyarakat berkembang melalui tahapan yang pasti. Tahapan perkembangan masyarakat menurut Spencer adalah sebagai berikut.
1) Masyarakat sederhana
2) Masyarakat kompleks
3) Masyarakat lebih kompleks
4) Peradaban

Sementara itu, Emile Durkheim mengatakan bahwa masyarakat berkembang dari solidaritas mekanik ke solidaritas organik. Max Weber melalui teori evolusinya berpandangan bahwa masyarakat berubah secara linier dari masyarakat yang diliputi pemikiran mistik dan takhayul menuju masyarakat yang rasional.

Adapun, penganut teori revolusi, seperti Karl Marx, berpandangan bahwa masyarakat berubah secara linier, tetapi bersifat revolusioner. Marx lebih lanjut mengatakan bahwa masyarakat feodal akan berubah secara revolusioner menjadi masyarakat kapitalis.

e. Teori Gerakan Sosial
Berdasarkan teori ini, ketidakpuasan terhadap kondisi tertentu yang ada di dalam masyarakat adakalanya menimbulkan gerakan sosial, sejumlah besar orang mengorganisasikan diri untuk memperjuangkan perubahan (Sztompka, 2009). Menurut Piotr Sztompka, gerakan sosial ini mempunyai beberapa komponen, yaitu sebagai berikut.
1) Adanya kolektivitas orang yang bertindak bersama.
2) Kolektivitasnya tersebar, tetapi derajatnya lebih rendah dibanding organisasi formal.
3) Adanya tujuan bersama, yaitu perubahan dalam masyarakat.
4) Tindakannya mempunyai derajat spontanitas yang tinggi, tidak melembaga, dan bentuknya tidak konvensional.

Masih menurut Sztompka, keterkaitan perubahan sosial dan gerakan sosial dapat dilihat dari tiga komponen berikut.
1) Gerakan sosial memiliki tujuan dalam perubahan.
2) Gerakan sosial dalam hubungan yang timbal balik. Perubahan sifat yang memengaruhi internal sampai eksternal dalam masyarakat ditimbulkan oleh adanya hubungan timbal balik.
3) Gerakan sosial dalam berbagai status. Status pertama sebagai penyebab utama, kedua sebagai dampak atau gejala yang menyertai proses sosial, dan ketiga sebagai mediator atau wahana pembawa perubahan.

Selain itu, teori ini juga menyatakan bahwa perubahan dari suatu peradaban ke peradaban lain tidaklah selalu melalui jalan damai, bahkan sejarah membuktikan perubahan peradaban masyarakat kerap terjadi melalui gerakan-gerakan kolektif atau gerakan sosial (Situmorang, 2007). Gerakan sosial di sekitar kita sangat beragam bentuknya, misalnya gerakan buruh, gerakan petani, gerakan mahasiswa, dan sebagainya.

Berikut jenis-jenis gerakan sosial yang diklasifikasikan oleh David Aberle (dalam Sunarto, 2004).
1) Alternative movement: Gerakan ini bertujuan untuk mengubah sebagian perilaku seseorang.
2) Redemptive movement: Gerakan ini bertujuan menciptakan perubahan menyeluruh bagi perilaku seseorang.
3) Reformative movement: Gerakan ini bertujuan untuk mengubah masyarakat dilihat dari ruang lingkup segi-segi tertentu saja.
4) Transformative movement: Gerakan ini bertujuan untuk mengubah masyarakat secara menyeluruh.

f. Teori Modernisasi
Teori modernisasi melihat bahwa perubahan negara-negara terbelakang akan mengikuti jalan yang sama dengan negara-negara industri di Barat. Cara tersebut adalah melalui proses modernisasi sehingga negara terbelakang menjadi negara maju.

Eva Etzioni-Halevy dan Amitai Etzioni melihat bahwa dalam masa perubahan atau transisi, sebuah negara akan mengalami revolusi demografi dengan ciri-ciri sebagai berikut (dalam Kamanto, 2004).
1) Menurunnya angka kematian dan kelahiran.
2) Menurunnya ukuran dan pengaruh keluarga.
3) Terbukanya sistem stratifikasi.
4) Peralihan dari struktur feodal ke birokrasi.
5) Menurunnya pengaruh agama.
6) Beralihnya fungsi pendidikan dari keluarga dan komunitas ke sistem pendidikan formal.
7) Munculnya kebudayaan massa.
8) Munculnya perekonomian pasar dan industrialisasi.

Adapun menurut Davis Lerner, modernisasi diperlukan dalam proses perubahan sosial sehingga negara yang kurang berkembang perlu meminjam dan menerapkan karakteristik dari negara yang sudah maju untuk berubah.

Selain itu, menurut Samuel P. Huntington dalam buku The Change to Change; Modernization, Development and Politics, menyatakan bahwa ciri-ciri dari modernisasi adalah prosesnya bertahap: homogen; wujudnya berupa proses Eropanisasi, Amerikanisasi, ataupun westernisasi; jalannya selalu bergerak maju dan tidak pernah mundur; progresif; serta jangka waktunya panjang.

2. Bentuk-Bentuk Perubahan Sosial
a. Perubahan Lambat (Evolusi)
Perubahan secara lambat memerlukan waktu yang lama. Biasanya, perubahan ini merupakan rentetan-rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat. Pada evolusi, perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu.

Ada bermacam- macam teori tentang evolusi. Teori-teori tersebut digolongkan sebagai berikut (Soekanto, 2015).
1) Unilinear Theories of Evolution: Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat, termasuk kebudayaannya, akan mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu, dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks dan akhirnya sampai ke tahapan yang sempurna. Pelopor teori ini, antara lain Auguste Comte dan Herbert Spencer.

2) Universal Theory of Evolution
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Menurut Herbert Spencer, prinsip teori ini adalah bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen ke kelompok yang heterogen, baik sifat maupun susunannya.

3) Multilined Theories of Evolution
Teori ini lebih menekankan pada penelitian terhadap tahap- tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya, penelitian tentang pengaruh perubahan sistem mata pencarian dari berburu ke pertanian terhadap sistem kekeluargaan dalam sebuah masyarakat.

b. Perubahan Cepat (Revolusi)
Perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau sendi-sendi kehidupan masyarakat dinamakan revolusi. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. Ukuran kecepatan suatu perubahan relatif karena revolusi pun dapat memakan waktu lama.

Secara sosiologis, persyaratan-persyaratan berikut ini harus dipenuhi agar suatu revolusi dapat tercapai.
1) Ada keinginan dari masyarakat untuk mengadakan perubahan.
2) Ada seorang pemimpin atau sekelompok orang yang mampu memimpin masyarakat untuk mengadakan perubahan.
3) Ada pemimpin yang dapat menampung keinginan atau aspirasi rakyat dan merumuskan aspirasi tersebut menjadi suatu program kerja.
4) Ada tujuan konkret yang dapat dicapai.
5) Ada momentum yang tepat untuk mengadakan revolusi, yaitu ketika keadaan sudah tepat dan baik untuk mengadakan suatu gerakan.

c. Perubahan Kecil
Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Contohnya, perubahan mode pakaian tidak berpengaruh besar terhadap struktur masyarakat secara keseluruhan.

d. Perubahan Besar
Perubahan besar adalah perubahan yang berpengaruh terhadap masyarakat dan lembaga-lembaganya, seperti sistem kerja, hak milik tanah, hubungan kekeluargaan, dan stratifikasi masyarakat. Contohnya, urbanisasi menimbulkan berbagai perubahan dalam masyarakat perkotaan, antara lain timbul kesenjangan yang dapat memicu konflik atau perpecahan dan berujung pada disintegrasi sosial.

e. Perubahan yang Dikehendaki atau Direncanakan
Perubahan yang dikehendaki (intended change) atau direncanakan (planned change) merupakan perubahan yang diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan dalam masyarakat. Pihak- pihak yang hendak mengadakan perubahan dinamakan pelaku perubahan (agent of change), yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin dalam perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.

f. Perubahan yang Tidak Dikehendaki atau Tidak Direncanakan
Perubahan yang tidak dikehendaki (unintended change) atau tidak direncanakan (unplanned change) merupakan perubahan yang terjadi di luar jangkauan pengawasan masyarakat atau kemampuan manusia. Perubahan ini dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat.

g. Perubahan Struktural dan Perubahan Proses
Perubahan sosial dapat pula dibedakan atas dua bentuk, yakni perubahan struktural dan perubahan proses.
1) Perubahan struktural: Perubahan struktural adalah perubahan yang sangat mendasar yang menyebabkan timbulnya reorganisasi dalam masyarakat.
2) Perubahan proses: Perubahan proses adalah perubahan yang sifatnya tidak mendasar. Perubahan tersebut hanya merupakan penyempurnaan dari perubahan sebelumnya.

C. Perubahan Sosial dan Dampaknya terhadap Kehidupan Masyarakat

Dampak Perubahan Sosial terhadap Masyarakat
1. Perubahan Sosial Menuju Kemajuan
Dalam konteks sejarah manusia, tercatat beberapa kali telah terjadi perubahan sosial yang besar. Dimulai pada abad ke-18, manusia mengalami masa pencerahan. Periode ini ditandai dengan mulai digaungkannya rasionalitas yang kemudian melahirkan revolusi industri di Inggris.

Pada abad ke-20, terjadi revolusi kemerdekaan dari kolonialisme di berbagai belahan dunia. Periode ini ditandai dengan munculnya negara-negara baru bekas daerah jajahan. Perubahan-perubahan ini berhasil mengubah arah sejarah peradaban dan kebudayaan manusia yang tentunya relatif lebih maju. Sejarah perubahan manusia menuju masyarakat yang lebih maju ini disebut modernisasi.

Kata modernisasi dengan kata dasar modern berasal dari bahasa Latin modernus yang dibentuk dari kata modo dan ernus. Modo berarti cara dan ernus menunjuk pada adanya periode waktu masa kini. Modernisasi berarti proses menuju masa kini atau proses menuju masyarakat modern.

Modernisasi dapat pula berarti perubahan dari masyarakat tradisional menuju masyarakat yang maju. Jadi, modernisasi merupakan suatu proses perubahan sosial di mana masyarakat yang sedang memperbaharui dirinya berusaha mendapatkan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki masyarakat modern.

Menurut Johan Willem Schoorl (1980), modernisasi merupakan penerapan pengetahuan ilmiah pada semua kegiatan, bidang kehidupan, dan aspek kemasyarakatan. Aspek yang paling menonjol dalam proses modernisasi adalah perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang tinggi.

Modernisasi juga tidak sama dengan sekularisasi. Sekularisasi adalah suatu proses pemisahan antara nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai duniawi dengan penekanan pada kepentingan duniawi. Jadi, sekularisasi merupakan semacam ideologi yang menganggap bahwa hidup ini adalah semata- mata untuk kepentingan dunia.

Secara garis besar persamaan dan perbedaan ketiga perilaku hidup tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Perbedaan modernisasi sekularisasi dan westerniasi
Untuk menghindari kekeliruan pemahaman terhadap istilah modernisasi, berikut akan dikemukakan beberapa pendapat para sosiolog tentang pengertian modernisasi.
a. Wilbert E. Moore (dalam Henslin, 2007) mengemukakan bahwa modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan bersama dalam bidang teknologi dan organisasi sosial, dari yang tradisional ke arah pola-pola ekonomis dan politis yang didahului oleh negara-negara Barat yang telah stabil.
b. Koentjaraningrat (2009) menjelaskan modernisasi sebagai usaha untuk hidup sesuai dengan zaman dan keadaan dunia sekarang.
c. Soerjono Soekanto (2015) menjelaskan modernisasi sebagai suatu bentuk perubahan sosial yang biasanya terarah dan didasarkan pada suatu perencanaan (social planning).
d. Astrid S. Susanto (1999) menyebutkan bahwa modernisasi adalah suatu proses pembangunan yang memberi kesempatan ke arah perubahan demi kemajuan.
e. William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff (dalam Soekanto, 2015) mengemukakan bahwa modernisasi adalah suatu usaha untuk mengarahkan masyarakat agar dapat memproyeksikan diri ke masa depan yang nyata dan bukan pada angan-angan semu.

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli tersebut, pada dasarnya pengertian modernisasi mencakup hal-hal sebagai berikut.
a. Proses perubahan sosial dari masyarakat yang bersifat tradisional menjadi masyarakat maju yang ditandai dengan adanya perubahan di segala bidang kehidupan.
b. Perubahan peralatan dari yang sederhana ke teknologi yang lebih canggih.
c. Perubahan ke arah kemajuan dengan tidak meninggalkan nilai-nilai kepribadian bangsa yang masih relevan dengan kehidupan sekarang.

Ada beberapa alasan modernisasi penting bagi suatu negara, yaitu sebagai berikut.
a. Membuat hidup lebih praktis dan nyaman.
b. Mendapatkan sesuatu lebih banyak (nilai tambah), bermutu, bagus, hemat tenaga, dan maksimal.
c. Meningkatkan efisiensi kerja dan produktivitas.

Bentuk perubahan dalam pengertian modernisasi adalah perubahan yang terarah (directed change) dan didasarkan pada suatu perencanaan. Adapun objek perubahan tersebut adalah seluruh aspek yang terkait dengan manusia. Aspek- aspek tersebut adalah sebagai berikut.
a. Aspek sosio demografi, yaitu proses perubahan unsur- unsur sosial, ekonomi, dan psikologi masyarakat, seperti pola perilaku dan peningkatan pendapatan.
b. Aspek struktur organisasi sosial, yaitu perubahan unsur-unsur dan norma-norma kemasyarakatan yang terwujud apabila manusia mengadakan hubungan dengan sesamanya di dalam kehidupan bermasyarakat.

Modernisasi menyangkut perubahan sikap dan mentalitas, pengetahuan, keterampilan, serta struktur sosial masyarakat menuju suatu kehidupan yang modern atau sesuai tuntutan zaman. Adapun gejala modernisasi ditandai dengan majunya pendidikan, teknologi, dan perekonomian, serta pesatnya urbanisasi.

Menurut Peter L. Berger (dalam Usman, 2012), modernisasi mempunyai karakteristik sebagai berikut.
a. Modernitas telah merusak ikatan solidaritas sosial yang melekat dalam kehidupan masyarakat tradisional. Pandangan hidup sepenanggungan dan kebersamaan makin menipis, diganti dengan persaingan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
b. Terjadi ekspansi pilihan personal (personal choice). Modernisasi telah mengubah masyarakat tradisional menjadi masyarakat yang individualis. Dalam hal ini, manusia mempunyai kebebasan memilih sesuai yang dikehendaki.
c. Terjadi peningkatan keragaman keyakinan. Modernisasi telah membuka peluang terjadinya rekonstruksi nilai dan norma.
d. Terjadi orientasi ke depan dan kesadaran atas waktu. Dalam hal ini, modernisasi menggeser masyarakat tradisional yang semula ditandai orientasi kini dan di sini (a posteriori) menjadi orientasi ke depan (a priori).

Proses modernisasi dapat terjadi apabila memenuhi beberapa syarat. Menurut Soerjono Soekanto (2015), syarat- syarat modernisasi adalah sebagai berikut.
a. Cara berpikir ilmiah (scientific thinking) yang sudah melembaga dan tertanam kuat dalam kalangan pemerintah maupun masyarakat luas.
b. Sistem administrasi negara yang baik dan benar-benar mewujudkan birokrasi.
c. Sistem pengumpulan data yang baik, teratur, dan terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu seperti Badan Pusat Statistik (BPS).
d. Penciptaan iklim yang menyenangkan (favourable) terhadap modernisasi, terutama media massa.
e. Tingkat organisasi yang tinggi, terutama disiplin diri.
f. Sentralisasi wewenang dalam perencanaan sosial (social planning) yang tidak mementingkan kepentingan pribadi atau golongan.

Selain itu, proses modernisasi dapat berjalan lancar apabila didukung oleh kebudayaan masyarakat. Oleh karena itu, sikap mental dan nilai budaya suatu masyarakat sangat menentukan diterima atau ditolaknya suatu perubahan atau modernisasi. Sikap mental yang dapat mendorong proses modernisasi antara lain rajin, tepat waktu, berani mengambil risiko, disiplin, kompetitif, adil, jujur, rasional, toleran, dan peduli lingkungan.

Gejala-gejala modernisasi dapat ditinjau dari berbagai bidang kehidupan manusia berikut.
a. Bidang budaya, ditandai dengan makin terdesaknya budaya tradisional oleh pengaruh budaya dari luar sehingga budaya asli makin pudar. Misalnya, budaya gotong royong tergerus oleh budaya komersial.
b. Bidang politik, ditandai dengan makin banyaknya wilayah yang lepas dari penjajahan sehingga memunculkan negara- negara baru, tumbuhnya negara-negara demokrasi, lahirnya lembaga-lembaga politik, serta makin diakuinya hak-hak asasi manusia.
c. Bidang ekonomi, ditandai dengan makin kompleksnya kebutuhan manusia akan barang-barang dan jasa sehingga sektor industri dibangun secara besar-besaran untuk memproduksi barang. Dengan demikian, kita akan makin mudah untuk memperoleh barang dan jasa.
d. Bidang sosial, ditandai dengan makin banyaknya kelompok intelektual, kelompok manajer, dan kelompok ekonom kelas (kelas menengah dan kelas atas). Dengan demikian, terdapat banyak ragam spesialisasi pekerjaan sesuai dengan perannya.

2. Dampak Perubahan Sosial terhadap Kehidupan Masyarakat
Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat berakibat pada perubahan di berbagai sektor kehidupan.
a. Dampak Positif Perubahan Sosial
1) Makin mudah dan cepatnya manusia menyelesaikan segala aktivitas
2) Makin baiknya kualitas individu atau masyarakat seiring dengan perkembangan teknologi baru
3) Makin meningkatnya integrasi sosial
4) Makin cepatnya mobilitas sosial
5) Makin berkembangnya pola pikir manusia melalui pertukaran budaya serta pertukaran informasi yang dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja

b. Dampak Negatif Perubahan Sosial
Berikut adalah beberapa dampak negatif yang dapat muncul akibat perubahan sosial.
1) Disorganisasi dan disintegrasi sosial
Soerjono Soekanto (2015) mengatakan bahwa disorganisasi sosial adalah proses memudarnya norma-norma dan nilai- nilai dalam masyarakat karena perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan. Ketidakseimbangan atau ketidakserasian unsur dalam masyarakat akan mengakibatkan timbulnya disorganisasi sosial yang lama-kelamaan berubah menjadi disintegrasi sosial.

Apabila terjadi disintegrasi sosial, situasi di dalam masyarakat itu lama-kelamaan akan menjadi kacau (chaos). Pada keadaan yang demikian, akan dijumpai anomi (anomie), yaitu suatu keadaan di saat masyarakat tidak mempunyai pegangan mengenai hal yang baik dan buruk serta tidak bisa melihat batasan yang benar dan salah.

Emile Durkheim melihat kondisi anomi ini sebagai suatu kondisi dalam masyarakat saat nilai dan norma yang mengatur perilaku masyarakat tidak lagi berlaku. Hal tersebut berakibat pada ketidakmampuan anggota masyarakat mengukur tindakan-tindakannya. Mereka tidak mampu melihat dengan jelas batasan antara yang baik dan buruk.

Proses disintegrasi juga akan dijumpai pada keadaan ketertinggalan budaya (cultural lag), yaitu perbedaan taraf kemajuan antara berbagai bagian dalam suatu kebudayaan. Kondisi ini diawali dengan kenyataan bahwa pertumbuhan kebudayaan tidak selalu sama cepat. Ada bagian yang tumbuh dengan cepat, tetapi ada juga bagian lain yang tumbuh dengan lambat.

Ketertinggalan budaya (cultural lag) juga dapat diartikan sebagai perbedaan laju perubahan dari dua unsur kebudayaan yang mempunyai korelasi (hubungan) yang tidak sebanding, sehingga unsur yang satu tertinggal oleh unsur lainnya. Teori cultural lag ini dikemukakan oleh William F. Ogburn.

Disorganisasi dan disintegrasi sosial juga dapat dijumpai pada kondisi percampuran kebudayaan. Percampuran kebudayaan ini biasa disebut mestizo culture, yaitu percampuran dua kebudayaan atau lebih yang mempunyai warna dan sifat yang berbeda. Karakteristik percampurannya adalah meniru kebudayaan lain tanpa mengetahui arti sesungguhnya dari kebudayaan tersebut.

Situasi disintegrasi sosial biasanya ditandai oleh hal-hal berikut.
a) Sebagian besar anggota masyarakat tidak lagi mematuhi norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat.
b) Timbul ketidaksepahaman di antara anggota kelompok dalam hal tujuan sehingga hilang rasa kesatupaduan dan solidaritas dalam kelompok.
c) Sanksi yang diberikan kepada pelanggar norma tidak dilaksanakan dengan konsekuen sehingga ada kesan bahwa sanksi sudah tidak berfungsi lagi.
d) Menurunnya kewibawaan para tokoh dan pimpinan masyarakat sehingga warga masyarakat bingung menentukan orang yang masih bisa dijadikan panutan atau teladan.

2) Permasalahan sosial
Soerjono Soekanto (2015) menjelaskan masalah sosial sebagai hasil dari proses perkembangan masyarakat. Masalah sosial merupakan akibat yang muncul dari interaksi sosial antarindividu, antara individu dengan kelompok, atau antarkelompok yang berkisar pada ukuran nilai adat istiadat, tradisi, dan ideologi yang ditandai dengan suatu proses sosial yang disosiatif.

Terdapat ketidaksesuaian antarunsur kebudayaan atau masyarakat yang akan membahayakan kehidupan kelompok atau masyarakat tersebut. Masalah sosial dapat bersumber dari proses perubahan sosial yang cepat sehingga mengganggu norma dalam masyarakat. Contoh permasalahan sosial, antara lain pergolakan atau pemberontakan, kriminalitas, dan kenakalan remaja.

3) Kerusakan lingkungan alam
Salah satu dampak negatif perubahan sosial adalah kerusakan lingkungan alam. Dalam proses pembangunan menuju modernisasi, sering kali manusia berupaya menguasai alam. Kemajuan teknologi memungkinkan manusia mengeksplorasi dan mengekspoitasi alam. Apabila tidak dilakukan dan dikendalikan dengan bijak, tindakan tersebut akan mengakibatkan kerusakan pada lingkungan alam.

Sumber:
Maryati, Kun, Juju Suryawati, Nina R. Suminar. 2023. Kelompok Mata Pelajaran Pilihan: Sosiologi untuk SMA/MA Kelas XII. Erlangga. Jakarta

Download

Lihat Juga:

Capaian Pembelajaran Sosiologi Kelas XII (Fase F)

Alur dan Tujuan Pembelajaran (ATP) Sosiologi Kelas XII (Fase F)

Pemetaan Tujuan Pembelajaran (TP) Sosiologi Kelas XII (Fase F)

Program Tahunan (Prota) Sosiologi Kelas XII Kurikulum Merdeka

Program Semester (Promes) Sosiologi Kelas XII (Fase F) Semester Ganjil dan Genap

Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP) Sosiologi Kelas XII (Fase F)

Jurnal Harian Pelaksanaan Pembelajaran Sosiologi Kelas XII (Fase F)

Modul Ajar Sosiologi Kelas XII (Fase F) Materi Perubahan Sosial

Buku Panduan Guru Sosiologi Kelas XII (Fase F)

Buku Panduan Siswa Sosiologi Kelas XII (Fase F)

Soal-Soal:

Soal Pilihan Ganda Materi Sosiologi SMA Kelas XII Bab 1: Perubahan Sosial dan Dampaknya terhadap Kehidupan Masyarakat (Kurikulum Merdeka)

Soal Esai Materi Sosiologi SMA Kelas XII Bab 1: Perubahan Sosial dan Dampaknya terhadap Kehidupan Masyarakat (Kurikulum Merdeka)

Refleksi Pemahaman Materi Sosiologi SMA Kelas XII Bab 1: Perubahan Sosial dan Dampaknya terhadap Kehidupan Masyarakat (Kurikulum Merdeka)

Soal Esai Materi Sosiologi SMA Kelas XII Uji Capaian Pembelajaran 1 (Kurikulum Merdeka)

Soal Pilihan Ganda Materi Sosiologi SMA Kelas XII Uji Capaian Pembelajaran 1 (Kurikulum Merdeka)

Media:

PPT Sosiologi Kelas XII Bab 1: Perubahan Sosial dan Dampaknya terhadap Kehidupan Masyarakat (Kurikulum Merdeka)

Video Materi Sosiologi Kelas XII Bab 1 Perubahan Sosial Kurikulum Merdeka

Materi Bab 1 Kelas XII di Media Sosial:

Materi Perubahan Sosial:

https://youtu.be/fj_VkGPoDwg?si=Tx_oT3KcBw4DtL5n

https://www.instagram.com/p/C8b1k9dR1Sk/

https://www.tiktok.com/@sosiologisman1cibeber/video/7382557727895112967

Materi Modernisasi:

https://youtu.be/soh5bBJ69XU?si=u6mj4i2FYeyCMnWj

https://www.instagram.com/p/C-MQyleRA4z/

https://www.tiktok.com/@sosiologisman1cibeber/video/7398820884875644178

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment